Kredit Foto: Instagram/Puan Maharani
Berbagai cara dilakukan PDIP untuk mendongkrak elektabilitas Puan Maharani. Namun, hasilnya, elektabilitas putri Megawati Soekarnoputri ini masih mandek. Meski begitu, PDIP tak patah arang alias menyerah.
Meski menduduki jabatan Ketua DPR, elektabilitas Puan masih saja kurang nendang. Di survei-survei pilpres, namanya selalu masuk kelompok buncit. Jauh di bawah rekan separtainya, Ganjar Pranowo. Gubernur Jawa Tengah tersebut, justru selalu masuk tiga besar.
Baca Juga: Telak Bos! Mas Ganjar Kena Semprot Ibunya Mbak Puan Maharani, Di depan Orang-Orang Lagi..
PDIP pun tak menyerah. Mereka terus mencari cara mendongkrak popularitas Puan. Mulai dari ikut blusukan Presiden Jokowi, sampai blusukan sendiri ke daerah-daerah. Bahkan, kader PDIP juga diperintahkan untuk memasang baliho-baliho bergambar Puan di daerahnya masing-masing.
Apakah berhasil strategi tersebut? Ternyata belum. Berdasarkan hasil survei calon presiden Indostrategic, cucu Bung Karno ini hanya bertengger di urutan ke-12 dengan elektabilitas 0,6 persen.
Di posisi tiga besar ada Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto (17,5 persen), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (17 persen), dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (8,1 persen). Meski begitu, popularitas Puan lebih tinggi dibandingkan Muhaimin Iskandar yang hanya 0,5 persen dan Airlangga Hartarto 0,5 persen.
Survei ini dilakukan 23 Maret-1 Juni 2021 dengan total responden 2.400, yang tersebar di 34 provinsi. Teknik yang digunakan metode multistage random.
Kenapa elektabilitas Puan tetap loyo? Direktur Eksekutif Indostrategic A Choirul Umam mengatakan, pemilih PDIP justru mendukung Gubernur Jawa Tengah. “Di PDI Perjuangan itu tertinggi adalah dukungan ke Ganjar Pranowo,” katanya, kemarin.
Menurut dia, dukungan pemilih PDIP kepada Puan hanya 3,07 persen. Temuan ini harus menjadi perhatian serius bagi PDIP. Sebab, kedua tokoh tersebut merupakan kader PDIP yang disebut sebagai calon potensial capres 2024.
Bagaimana tanggapan PDIP? Ketua DPP PDIP, Ahmad Basarah mengatakan, pada saat Indostrategic melakukan survei, belum ada agenda sosialisasi Puan, maupun pemasangan baliho Puan di daerah-daerah.
Basarah juga meyakini elektabilitas Puan akan lebih tinggi jika dilaksanakan pada September 2021. Menurutnya, popularitas Puan sebagai Ketua DPR juga akan semakin tinggi pada bulan itu.
“Lagi pula belum ada deklarasi Mbak Puan untuk maju sebagai capres atau cawapres. Selama ini, memang Mbak Puan fokus pada tugas kenegaraannya sebagai Ketua DPR,” ucapnya.
Menurut dia, Puan juga selalu taat asas pada aturan partai. Selama belum ada keputusan resmi calon presiden/wakil presiden untuk Pilpres 2024 yang akan diusung oleh partai, maka tidak boleh ada seorang kader partai pun yang boleh melanggar aturan partai tersebut.
Lalu bagaimana peneropongan para pengamat soal Puan? Pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio tidak kaget jika elektabilitas Puan masih mejen. Menurutnya, hal itu dikarenakan Puan masih berada di bawah bayang-bayang Mega. Apalagi sampai saat ini belum ada keputusan siapa yang dicalonkan PDIP untuk Pilpres mendatang.
Beda halnya jika partai belambang banteng itu sudah punya pilihan. “Kelak, saat PDIP sudah menentukan capresnya dan PDIP kompak, maka elektabilitas Puan dapat melonjak sekitar 19 persen. Mendekati elektabilitas PDI Perjuangan,” ulas pendiri lembaga survei KedaiKopi ini.
Kata Hendri, baliho memang bukan perangkat untuk mendongkrak elektabilitas. Melainkan sebatas peningkat popularitas. Hasil survei KedaiKopi pun, penggunaan baliho termasuk salah satu yang paling efektif dalam meningkatkan popularitas.
Direktur Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno juga menilai, efektivitas menjamurnya baliho Puan di sejumlah daerah akan terlihat setidaknya enam bulan ke depan. Karena strategi ini masih menjadi sarana yang dianggap efektif untuk memperkenalkan figur kepada publik. Dan publik juga masih menyukai cara ini.
Hanya saja, Adi melihat pemasangan baliho Puan tidak serta merta dilakukan dengan niat spontan. Karena justru terlihat sebagai bagian untuk mengerek populatiras Puan. “Kalau partisipasi kesadaran ya nggak gitu dong. Kan bisa suka-suka yang bikin. Foto oke lah bisa Puan. Tapi tagline-nya bisa beda-beda,” pungkas Adi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq