Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Taliban Segera Gandeng China, Umat Muslim Uighur di Afghanistan Ketar-Ketir

Taliban Segera Gandeng China, Umat Muslim Uighur di Afghanistan Ketar-Ketir Kredit Foto: Flickr/TravelingMipo

China mungkin mempertimbangkan strategi serupa dengan Taliban. Namun kerja sama itu tidak mungkin terjadi dalam beberapa hal karena Taliban memiliki hubungan bersejarah dengan gerilyawan Uighur.

Gerilyawan itu adalah kekuatan yang menurut China menimbulkan ancaman bagi mereka.

Namun Taliban juga memiliki sejarah kerja sama dengan China. Mereka memiliki garis perbatasan pendek. Sejumlah pakar menilai kemampuan China menyediakan bantuan teknologi dan infrastruktur, termasuk memberikan legitimasi kepada rezim baru Taliban, akan mengalahkan segala bentuk solidaritas.

"Proyek lajur dan jalan memberi China banyak pengaruh ekonomi atas negara-negara yang bekerja sama dengan mereka. Sebagai gantinya, orang-orang Uighur sering menjadi kambing hitam," kata Bradley Jardine, pengamat yang mempelajari efek ekonomi-politik luar negeri China.

"Taliban akan mengharapkan konsesi ekonomi dan investasi yang sangat dibutuhkan dari China. Perlakuan terhadap orang-orang Uighur di Afghanistan bisa ditentukan dengan tawar-menawar," ujarnya.

Juli lalu China mengundang delegasi senior Taliban ke Tianjin. Kala itu Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, menyatakan harapan agar Taliban "memainkan peran penting dalam proses perdamaian, rekonsiliasi dan rekonstruksi negara itu".

Sebaliknya, Taliban berjanji "tidak akan mengizinkan siapa pun menggunakan tanah Afghanistan untuk melawan China".

Komunitas Uighur di Afghanistan tahu tentang pertemuan tersebut.

Berita tentang hubungan diplomatik yang berkembang telah menyebar melalui komunitas Uighur di seluruh negara itu.

Mereka juga menyadari rekam jejak pemerintah China yang belakangan ini memburu orang-orang Uighur di luar negeri.

"Kita semua tahu tentang hubungan Taliban dengan China. Kami khawatir itu akan mengejar orang-orang yang melarikan diri," kata perempuan Uighur di Mazar-i-Sharif, yang dibesarkan di Xinjiang.

"Kami telah berhenti berbelanja dan tidak meninggalkan rumah sama sekali," katanya.

"Kami hidup dalam ketakutan. Kami butuh bantuan. Tolong bantu kami," ujarnya.

Tidak seperti beberapa kelompok rentan lain di Afghanistan, orang-orang Uighur tidak memiliki negara sekutu untuk bekerja sama dengan mereka.

Ini adalah fakta yang mungkin membuat mereka lebih rentan di bawah pemerintahan Taliban.

"Mereka adalah komunitas tanpa perwakilan negara dalam bentuk apa pun," kata Sean Roberts, profesor di George Washington University sekaligus penulis buku The War on the Uyghurs.

"Mereka menyaksikan negara-negara lain mengevakuasi orang-orang, baik yang berstatus warga negara mereka atau memiliki kedekatan etnis seperti Kazakh, Kirgistan, dan yang lainnya.

"Namun menurut saya, orang-orang Uighur pasti merasa tidak ada yang mengadvokasi mereka sekarang," kata Roberts.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: