Sejumlah negara mengalami pertumbuhan positif tahun ini. Seiring dengan membaiknya perekonomian global tersebut, Presiden Jokowi ingin pertumbuhan ekonomi Indonesia juga membaik, meski masih dalam masa pandemi Covid-19.
Jokowi mengatakan, ekonomi global mulai menunjukkan pemulihan signifikan. Terlihat dari perbaikan aktivitas industri manufaktur, menggeliatnya laju ekspor dan impor serta meningkatnya harga komoditas.
“Untuk itu, kebijakan yang diambil pemerintah selalu menyeimbangkan antara kepentingan aspek kesehatan dan ekonomi,” kata Jokowi di Jakarta. Baca Juga: Agenda Jokowi di Bandung Gak Kaleng-Kaleng, Ridwan Kamil Sampai Izin Pihak Istana
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan, sejalan dengan menurunnya penularan Covid- 19 varian Delta di Indonesia sejak awal Agustus 2021, perekonomian nasional juga mulai menunjukkan tren positif.
Meski begitu, Indonesia juga harus mewaspadai pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan IV akibat dampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Jokowi berharap, Indonesia mampu menggunakan momentum krisis untuk mempercepat transformasi ekonomi. Serta mengubah ketergantungan pertumbuhan ekonomi dari sektor konsumsi ke sektor produksi.
“Semua komoditas yang ada didorong untuk industrialisasi, hilirisasi,” kata Jokowi.
Sementara, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) 4,3 persen, dan meningkat menjadi 6,3 persen pada 2022.
Meski begitu, berbagai negara yang mengalami kontraksi ekonomi tidak sepenuhnya bisa mengalami fase pertumbuhan cepat.
Terbukti Malaysia, Filipina dan Singapura capaian Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP)- nya masih belum melewati fase sebelum Covid-19.
“Kondisi ini berbeda dengan Amerika Serikat yang GDP-nya sudah berhasil melewati masa sebelum Covid-19. Hal ini didorong dengan kemampuan fiskal yang dimilikinya,” tutur Sri Mulyani.
Sri Mulyani mengatakan, yang patut disyukuri adalah Indonesia menjadi salah satu negara yang bisa melewati masa pre Covid-19. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2021 7,07 persen. Jauh lebih tinggi dari perekonomian di 2019 yang berada di level 5 persen.
“Apa yang kita capai dalam penanganan Covid maupun kebijakan tertentu menjadi bekal untuk kita terus melakukan perbaikan dan penyempurnaan kebijakan,” ujarnya. Baca Juga: Dongkrak Pemulihan Ekonomi, Saatnya Pasar Modal jadi Pemain Utama
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Yusuf Rendy mengatakan, sejak awal 2021, perekonomian global memang diproyeksikan akan tumbuh lebih baik. Proyeksi ini sudah dikeluarkan oleh beberapa lembaga internasional.
Hal ini kemudian terkonfirmasi dari pertumbuhan ekspor di bulan Juli, baik itu produk pertanian, industri dan hasil tambang yang semuanya mengalami pertumbuhan secara tahunan dibandingkan tahun lalu.
“Yang diperlukan pemerintah adalah mempertahankan momentum pertumbuhan ekspor yang sudah didapatkan sejak akhir tahun 2020,” kata Yusuf kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Caranya, lanjut Yusuf, dengan mendorong produksi pada komoditas unggulan, seperti minyak sawit dan batubara. Tentu ini dilakukan dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan konsumsi di dalam negeri.
Yang tidak kalah penting juga, ujar Yusuf, tidak hanya fokus pada global, tetapi mendorong proses pemulihan ekonomi domestik seperti konsumsi masyarakat dan juga investasi. Terutama setelah masa PPKM darurat selesai dan sekarang PPKM dengan Level.
“Proses reopening yang tengah dilakukan secara bertahap harus dilakukan dengan mempercepat proses vaksinasi dan meningkatkan kapasitas test, tracing dan isolasi,” pungkas Yusuf.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: