Habis Membelot Lalu Mualaf, Eks Tentara Amerika Emban Tugas Mulia Melatih Taliban
Beberapa rekan Bergdahl di peleton ingin sersan yang terkenal pendiam itu bertanggung jawab atas tindakannya membahayakan rekan-rekannya. Ia dituduh bertanggung jawab atas kematian enam tentara yang mencarinya ketika itu.
Rekan-rekan Bergdahl marah karena pemerintah Barack Obama malah merayakan kepulangannya. ''Seharusnya, ia dibawa ke pengadilan militer,'' kata salah satu rekan korban.
Seorang pejabat Pentagon yang tak disebutkan namanya mengatakan pada kantor berita AP, Bergdahl menjauh dari unit militernya sebelum ditangkap Taliban pada 30 Juni 2009.
Seperti dikutip New York Times, sebelum ditangkap Taliban, tengah malam pada 30 Juni 2009, Bergdahl meninggalkan sebuah catatan di tendanya. Catatan tersebut bertuliskan kekecewaannya pada tentara angkatan darat.
Ia mengatakan, tak ingin lagi menjalankan misi Amerika di Afghanistan dan akan pergi memulai kehidupan baru. Kemudian, Bergdahl membawa tasnya yang berisi air, pisau, buku, dan peralatan menulis.
Namun, ia meninggalkan senjata dan pelindung tubuhnya. Hal ini mengejutkan rekan-rekannya, mengingat area di luar pos cukup berbahaya. Penyelidikan terhadap menghilangnya Bergdahl pun dilakukan.
Presiden Donald Trump termasuk sosok yang sangat marah atas "penghianatan" Bergdahl ini. Trump menyesalkan tindakan Berghdal yang membahayakan militer AS dan telah menghianati negaranya.
Trump juga menjadikan sosok kasus penghianatan Bergdahl sebagai bahan kampanye presidennya. Komentar-komentar Trump ini dinilai ikut mempengaruhi proses pengadilan Bergdahl.
Dari ruang sidang militer, pada Oktober 2017, Bergdahl menyatakan pengakuan bersalah di hadapan hakim militer di Fort Bragg, North Carolina.
Pada November 2017, ia dijatuhi hukuman pemecatan secara tidak hormat dan didenda 1.000 dolar AS per bulan dari gajinya selama sepuluh bulan, tanpa waktu penjara.
Pada Februari 2021, Bergdahl mengajukan petisi di pengadilan federal yang meminta hukuman militernya dihapus.
Pengacara Bergdahl mengajukan dokumen di Pengadilan Distrik AS di Washington. Mereka meminta peninjauan atas kasus tersebut dan menuduh sistem pengadilan militer gagal memahami dampak komentar mantan Presiden Donald Trump dan mendiang Senator John McCain.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: