Tinggalkan Bisnis Agrikultur, BRI Agro Bakal Garap Segmen Pekerja Informal
PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (BRI Agro) mengumumkan telah berganti nama menjadi PT Bank Raya Indonesia Tbk (Bank Raya) Pergantian nama ini seiring dengan fokus perseroan untuk bertransformasi menjadi bank digital di Indonesia. Lalu, setelah transformasi ini, apa segmen bisnis yang akan digarap perseroan?
Direktur Utama Bank Raya Kaspar Situmorang mengakui perusahaan tengah menjalankan proses transformasi bisnis model baru serta membenahi bisnis yang sudah ada. Arah transformasi tersebut akan menyasar segmentasi pasar yang baru yaitu untuk memberikan layanan terhadap sektor Gig Economy (sektor pekerja informal).
"Ke depan bank digital akan tersegmentasi dan kami akan kuat karena sudah terhubung dengan ekosistem (BRI Grup). Hal ini juga tentu yang melatarbelakangi kenapa BRI Agro fokus pada gig workers dimana pada 2025 diperkirakan ada 74,8 jt pekerja informal," ujar Kaspar saat paparan publik di Jakarta, Senin (27/9/2021).
Setiap tahunnya, jumlah gig economy workers (pekerja sektor informal) di Indonesia meningkat secara konsisten, laju tersebut juga semakin didorong oleh keadaan pandemi COVID-19. Baca Juga: Jadi Bank Digital, BRI Agro Resmi Ganti Nama jadi Bank Raya
Sebagai gambaran, jumlah gig economy workers meningkat sebesar 27.07%, secara Year-on-year (YoY), sedangkan jumlah karyawan-penuh-waktu menurun sebesar 8.84% YoY.
Lonjakan dari kehadiran gig workers ini berkontribusi terhadap pertumbuhan angkatan kerja secara positif dalam bentuk penambahan sebanyak 1,94 juta gig workers baru selama masa pandemi. Kedepannya, gig economy juga diproyeksikan untuk mencapai 74,81 juta gig workers pada tahun 2025.
"Melihat perkembangan yang tengah terjadi dan menyadari shifting behavior ke arah digital yang terus memperkuat Indonesia, gig economy workers akan menjadi pilar penting yang memperkuat dan memajukan perekonomian bangsa," papar Kaspar.
Oleh sebab itu, Kaspar mengungkapkan, pihaknya akan mulai mengurangi porsi kredit di segmen agrikultur atau agroniaga yang sebelumnya menjadi fokus perseroan.
"Sudah barang tentu (pembiayaan) di sisi agrikultur masih ada tapi makin kecil karena kita fokus ke kredit di agen banking, merchant-merchant, bekerja sama dengan berbagai fintech melalui open API. Agritech kita tetap masuk tapi kita seleksi," imbuh Kaspar.
Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa kinerja Perseroan diperkirakan akan mengalami perlambatan dikarenakan dengan upaya Perseroan untuk menata kembali portfolio bisnisnya menjadi fokus pada pengembangan bisnis digital.
"Untuk itu, di semester dua tahun ini Perseroan telah menyiapkan langkah-langkah antisipasi hingga akhir tahun 2021 untuk membawa bank kembali ke tingkat yang lebih sehat. Harapannya mulai tahun 2022 Perseroan telah siap sepenuhnya memasuki era bisnis digital," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman