Selama ini, banyak hal yang kita pelajari dari kemajuan ekonomi Singapura. Tapi, sekarang, Singapura yang sedang didera badai Corona, sudah sewajarnya mempelajari bagaimana Corona di sini bisa dikendalikan dengan begitu cepat.
Corona di Singapura kembali ngamuk. Dikutip dari Channel News Asia, Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) mengonfirmasi ada 1.939 kasus baru pada Minggu (26/9). Lonjakan kasus ini disebabkan Corona varian Delta.
Baca Juga: Kerumunan Menipis, Tempat Makan Disegel, Menandai Kembalinya Pembatasan di Singapura
Jumlah kasus harian itu terdiri dari 1.536 kasus komunitas, dan 398 asrama khusus. Ada juga penambahan 5 kasus impor pada hari yang sama. Dengan begitu, total kasus Corona di Singapura mencapai 87.892 kasus. Kasus kematian juga bertambah. Dari 70 menjadi 78 jiwa. Sebanyak 23 jiwa hanya terjadi di sepanjang September.
MOH juga mencatat ada 1.203 pasien yang masih dirawat di rumah sakit per Minggu (26/9). Sebagian besar dari mereka dengan kondisi baik dan dalam pengawasan tenaga kesehatan. Terdapat juga 172 kasus dengan gejala serius yang membutuhkan oksigen, dan 30 lainnya dalam kondisi kritis di ICU.
Dari total kasus dengan gejala serius, sebanyak 168 di antaranya berusia di atas 60 tahun.
Padahal, program vaksinasi di Singapura cukup tinggi. Per Sabtu (25/9), 82 persen warganya telah menerima dua dosis vaksin. Sementara 85 persen lainnya baru disuntik dosis pertama. Di bawah program inokulasi nasional, Singapura sudah memberikan lebih dari 9 juta dosis vaksin. Di antaranya 4,47 juta orang telah divaksinasi lengkap.
Dari lonjakan kasus ini, terdapat klaster besar di pusat grosir Pasir Panjang: 64 kasus. Badan Makanan Singapura (SFA) sampai harus menutup selama tiga hari mulai 27-30 September untuk sterilisasi. Penutupan dilakukan setelah pemerintah mendeteksi kasus Corona di antara pegawai dan pengunjung pusat grosir tersebut.
Untuk menekan penyebaran Corona, Singapura kembali memutuskan untuk memperketat pembatasan sosial warganya. Pembatasan terbaru mulai berlaku pada kemarin dan akan berlangsung hingga 24 Oktober. Warga lanjut usia juga diimbau tidak mengunjungi rumah ibadah.
Melonjaknya kasus Corona berdampak pada rumah sakit di Singapura. Pasien Corona antre masuk rumah sakit. Jika kasus Corona tidak turun juga, rumah sakit Singapura akan kolaps. Pemerintah Singapura juga sudah meminta pasien Corona yang bergejala ringan untuk isolasi mandiri di rumah.
Menteri Perdagangan Singapura yang juga salah satu Ketua Gugus Corona, Gan Kim Yong mengatakan, pengetatan pembatasan menjadi keputusan yang sangat sulit, mengingat dampaknya pada bisnis dan masyarakat. Tetapi kebijakan tersebut diharapkan bisa menekan pengebaran Corona.
Kondisi yang menimpa Singapura sama seperti yang dialami Indonesia pada Juli lalu saat varian Delta menyerang. Namun, kini kondisi Indonesia sudah mulai membaik. Kasusnya terus menurun.
Berdasarkan data Satgas Coovid-19, per Senin (27/9) hanya terjadi 1.390 penambahan kasus dari 151.966 orang yang diperiksa. Angka ini lebih rendah dari kasus Corona di Singapura.
Sedangkan angka kematian mencapai 118 orang. Adapun pasien yang sembuh mencapai 3.771 orang. Pemerintah juga melaporkan angka kasus aktif menurun 2.499 menjadi 40.270 orang. Sedangkan 388.341 orang dinyatakan sebagai suspek corona.
Baca Juga: Terkuak! Bos Pusat Penyakit Menular Singapura Buka-bukaan Varian Delta Picu Lonjakan
Salah satu cara yang dilakukan Indonesia menjinakkan Corona Delta dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat alias PPKM. Meski sudah turun, pemerintah tetap memberlakukan PPKM per level sesuai kondisi kasus per daerahnya dan diperpajang setiap minggu.
Panglima penanganan Corona Jawa-Bali, Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya mengatakan, penanganan Corona di Indonesia sudah lebih baik dibanding negara-negara di Asia.
“Penanganan Covid kita lebih bagus dari Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Korea Selatan dan Taiwan,” kata Luhut belum lama ini.
Menurut Menko Maritim dan Investasi ini, penanganan pandemi virus Corona di Indonesia merupakan hasil kerja sama semua pihak. Dia juga menyinggung sinergi antara TNI, Polri dan pemerintah daerah.
Meroketnya kasus Corona di Singapura juga menjadi sorotan epidemiolog. Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ledakan kasus Corona di Singapura akibat pelonggaran yang terlalu cepat. Meski sebenarnya 3T mereka kuat, dan 82 persen penduduknya sudah divaksin komplit.
Keberhasilan Indonesia sebenarnya bisa dipelajari Singapura. Apa itu? Seluruh komponen masyarakat berperan aktif. Dicky menyebut pengalaman yang bisa ditularkan ke negara lain adalah semangat gotong royong.
“Indonesia berhasil melewati krisisnya, khususnya Jawa dan Bali dengan skenario terburuknya tidak terjadi. Dengan PPKM leveling relatif kuat, meski bukan lockdown,” ujar Dicky, tadi malam.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: