Wakil Ketua umum Partai Demokrat KLB Deli Serdang, HM Darmizal menyoroti pernyataan anak buah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang menyebutkan Moeldoko selalu meminta jabatan tinggi di kepengurusan Partai Demokrat kepada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Dia menegaskan komentar yang disampaikan oleh kubu Demokrat pimpinan AHY itu tidaklah benar.
Bahkan, Darmizal meminta semua pihak tidak perlu mendengarnya karena hanya membuang waktu dan energi.
Baca Juga: Ruhut Sitompul Sindir Anak Buah AHY, Kata-katanya Telak Banget!
"Ungkapan anak buah AHY tidak perlu didengar sama sekali karena hanya akan menghabiskan waktu dan energi," ujar Darmizal dalam keterangannya, Senin (4/10/2021).
Dia menilai justru SBY yang telah menjadi Ketua Umum Partai Demokrat pada tahun 2013 haus akan kekuasaan.
"Sejak jadi Ketua Umum Partai Demokrat pada 2013, pasca-sukses membegal Anas Urbaningrum di KLB, sampai saat ini dan ke depan, pasti SBY enggak akan mau berbagi kekuasaan di Partai Demokrat," ungkap Darmizal.
Dirinya merasa Moeldoko sebagai Jenderal yang cerdas dan punya instink yang setajam silet, jadi pasti tahu siapa aslinya SBY.
"Maka tidak mungkin menemui SBY apalagi untuk mencari posisi penting di partai yang ingin dikuasai sepenuhnya SBY dan keluarganya," tutur Darmizal.
Sebelumnya, Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra membuka kisah tentang KSP Moeldoko datang ke kediaman Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Kejadian itu disampaikan Herzaky dalam konferensi pers bertajuk 'Demokrat berkoalisi dengan Rakyat VS Moeldoko berkoalisi dengan Yusril', di auditorium Yudhoyono Kantor DPP Demokrat, Jakarta, Minggu (3/10/2021) kemarin.
Herzaky menyampaikan konstruksi besar dari persoalan yang terjadi di Partai Demokrat sekarang ini dimulai dari ambisi seorang Moeldoko yang ingin sekali menjadi presiden.
"KSP Moeldoko adalah seorang petualang politik, sejak beliau melakukan Operasi Sajadah ketika menjadi Pangdam III Siliwangi. Lalu dimasukan kotak menjadi wagub Lemhannas. Ambisi menjadi presiden ini, pertama kali muncul pada 2014," kata Herzaky.
Kala itu pada 2014 ada seorang pengusaha tanah air menghadap Presiden SBY dan meminta restu agar Partai Demokrat mengusung Moeldoko sebagai calon presiden (Capres).
"KSP Moeldoko saat itu masih perwira aktif dan baru saja diangkat menjadi panglima TNI," kata Herzaky.
Kemudian, saat Mei 2015 ketika Moeldoko yang mengenakan seragam dinas Panglima TNI datang pagi-pagi sekali ke Cikeas, kediaman SBY.
Namun, pada hari itu SBY akan berangkat ke Surabaya melakukan Kongres Partai Demokrat.
Menurut Herzaky, SBY saat berpikir ada hal sangat penting dan darurat sehingga seorang Panglima TNI aktif berseragam dinas menghadap seorang mantan presiden, pagi-pagi sekali.
"Ternyata, pesannya tidak sepenting dan semendesak yang diduga. Moeldoko hanya mengatakan: 'Pak, tolong kalau bapak terpilih lagi sebagai ketua umum, agar bapak mengangkat Marzuki Alie sebagai sekjennya'. Pak SBY Marah," jelas Herzaky sembari menirukan ucapan Moeldoko masa itu.
SBY lantas marah karena Moeldoko sebagai panglima TNI aktif telah melanggar konstitusi dan UU dengan melakukan politik praktis dan intervensi.
Selain itu, SBY juga marah karena dia sebagai salah satu penggagas dan pelaksana reformasi TNI.
"Pak SBY tidak rela TNI dikotori oleh ambisi pribadi yang ingin berkuasa dengan cara-cara yang melanggar aturan dan hukum," tegas Herzaky.
Baca Juga: Bukan Nakut-nakutin, Tiba-tiba SBY Buka-bukaan: Skenario Gelap Akan Terjadi
Ceritanya belum selesai. anak buah AHY itu menyebut ketika Moeldoko sudah pensiun sebagai panglima TNI, mantan KSAD itu kembali datang ke Cikeas dan meminta jabatan tinggi di kepengurusan Partai Demokrat.
"Pak SBY sampaikan, kalau gabung dengan PD beliau mempersilakan. Kalau soal jabatan ketua umum, itu ada mekanismenya melalui kongres," tutur politikus asal Kalimantan Barat itu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti