Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apa yang Membedakan Omicron dengan Varian Mutasi Covid-19 Lainnya?

Apa yang Membedakan Omicron dengan Varian Mutasi Covid-19 Lainnya? Pedagang informal mengantre untuk mendapatkan izin saat penerapan karantina nasional sebagai upaya menekan penyebaran virus corona (COVID-19), di Soweto, Afrika Selatan, Kamis (23/4/2020). | Kredit Foto: Reuters/Siphiwe Sibeko
Warta Ekonomi, Washington -

Dokter asal Afrika Selatan yang pertama kali memperingatkan keberadaan varian omicron kepada pemerintah mengungkapkan, varian tersebut tampak memicu gejala yang tak biasa. Meski begitu, gejala Covid-19 akibat varian omikron cenderung ringan. 

Dokter bernama Angelique Coetzee tersebut mengatakan, dia mulai mencurigai keberadaan varian omikron pada pasien-pasiennya sejak November ini. Kala itu, dr Coetzee menerima satu keluarga beranggotakan empat orang yang terbukti positif Covid-19. 

Baca Juga: Pusat Pengendalian Penyakit: Varian Omicron Tidak Ada di Thailand

Coetzee mengatakan, keempat pasien tersebut mengalami gejala yang jarang dikaitkan dengan Covid-19, di antaranya kelelahan hebat. Tak ada satu pun dari pasien-pasien Covid-19 tersebut yang memiliki gejala kehilangan indra penciuman atau perasa. 

Sejauh ini, Coetzee mengatakan, ada sekitar 24 pasien Covid-19 yang ditanganinya menunjukkan gejala tak biasa. Sebagian besar dari pasien tersebut merasa sangat lelah dan setengah dari pasien belum divaksin.  

"Gejala-gejala mereka sangat berbeda dan sangat ringan dibandingkan mereka (pasien Covid-19 lain) yang saya rawat sebelumnya," ungkap dr Coetzee, seperti dilansir Telegraph, kemarin. 

Menurut dr Coetzee, ada satu kasus Covid-19 yang tampak sangat menarik. Kasus tersebut melibatkan seorang pasien anak berusia enam tahun. Anak tersebut datang dengan gejala suhu tubuh yang tinggi dan detak jantung yang juga sangat tinggi. Akan tetapi, kondisi anak tersebut sudah jauh lebih baik setelah dua hari. 

Dr Coetzee menambahkan, seluruh pasiennya yang terkena varian omikron merupakan individu sehat. Oleh karena itu, ia khawati varian ini bisa berdampak lebih berat jika mengenai orang-orang yang berisiko, misalnya lansia dengan komorbid penyakit jantung atau diabetes. 

"Apa yang harus kita khawatirkan saat ini adalah bila lansia yang belum divaksin terinfeksi varian baru ini, dan bila mereka belum divaksin, kita akan melihat banyak orang dengan kasus yang berat," kata dr Coetzee. 

Ilmuwan Afrika Selatan yakin varian omikron telah menyebabkan lonjakan kasus di Provinsi Gauteng. Lonjakan yang terjadi di Gauteng cukup tajam, dari sekitar 550 kasus baru per hari pada pekan lalu menjadi sekitar 4.000 kasus baru per hari saat ini. 

Beberapa negara, seperti Inggris, Amerika Serikat, negara Uni Eropa, dan Israel, telah melarang perjalanan dari dan ke Afrika Selatan beserta lima negara di sekitarnya. Lima negara tersebut adalah Botswana, Eswatini, Lesotho, Mozambik, Namibia, dan Zimbabwe. Inggris juga menambah larangan perjalanan untuk beberapa negara lain, yaitu Angola, Malawi, dan Zambia. 

Langkah tersebut memicu kemarahan warga Afrika Selatan. Banyak dari mereka yang merasa bahwa mereka "dihukum" karena memiliki institusi penelitian luar biasa dan bersikap transparan terhadap temuan mereka. Varian omikron yang ditemukan peneliti Afsel telah masuk ke dalam daftar variant of concern (VOC) WHO sejak 26 November. 

Pada awal pandemi, WHO menilai perlu cara sederhana untuk mengomunikasikan nama varian SARS-CoV-2 hingga akhirnya diputuskan untuk memakai alfabet Yunani. Dari situ asal nama varian alfa, beta, delta, dan seterusnya.  

Omikron sedianya adalah varian SARS-CoV-2 ke-13 yang terlacak, tetapi ditandai dengan huruf ke-15 dari alfabet Yunani. WHO memutuskan untuk melewati nu dan xi, huruf ke-13 dan ke-14 dari alfabet Yunani.

WHO berdalih, nu bisa disalahpahami sebagai kata new alias baru. Sementara itu, xi dilewati karena banyak digunakan sebagai nama keluarga, seperti pada nama Presiden Cina Xi Jinping. Hal itu, menurut WHO, berpotensi menyebabkan pelanggaran terhadap kelompok budaya, sosial, nasional, regional, profesional, atau etnis. 

Lalu, mengapa omikron menjadi perhatian? Vinod Balasubramaniam, seorang ahli virus dari Monash University di Malaysia, menjelaskan, B.1.1529 memiliki 32 mutasi yang terletak di protein lonjakannya.

Itu termasuk E484A, K417N, dan N440K yang berkaitan dengan kemampuan virus untuk lolos dari deteksi antibodi. Mutasi lain, N501Y, tampaknya meningkatkan kemampuan virus untuk masuk ke sel tubuh. Itu membuatnya lebih mudah menular. 

Sejumlah ilmuwan berpandangan, mutasi yang sebegitu banyak berpotensi membuat omikron menjadi cabang virus SARS-CoV tersendiri.

“Dengan kata lain, 32 mutasi yang terdeteksi di protein lonjakan varian baru akan mengubah bentuk struktur ini sehingga menimbulkan masalah bagi respons imun yang diinduksi oleh vaksin,” kata Balasubramaniam, seperti dilansir New Atlas, Senin (29/11). 

Masih terlalu dini untuk memahami dampak omikron secara nyata karena memang belum ada data yang komprehensif. Yang pasti, variannya telah dikaitkan dengan lonjakan besar kasus Covid-19 di Provinsi Gauteng, Afrika Selatan. Tingkat kepositifan di wilayah itu telah meningkat secara dramatis dari 1 persen menjadi 30 persen dalam dua pekan. 

Aspek lain  yang sangat tidak biasa dari kemunculan omikron adalah garis keturunan genomiknya yang terisolasi secara aneh. Sebelumnya, dominasi varian delta selama enam bulan terakhir membuat banyak ilmuwan menduga varian omikron adalah turunan dari varian delta. 

Namun, Trevor Bedford, seorang peneliti yang mempelajari evolusi virus, mengatakan, omikron belum muncul dari varian terbaru. Menurut dia, koneksi evolusioner terdekat omikron adalah strain SARS CoV-2 dari pertengahan 2020. 

"Cabang yang sangat panjang ini menunjukkan periode sirkulasi yang diperpanjang dalam geografi dengan pengawasan genomik yang buruk atau evolusi berkelanjutan pada individu yang terinfeksi secara kronis sebelum menyebar kembali ke populasi," kata Bedford. 

Selain itu, kemunculan omikron dengan varian SARS-CoV-2 yang terdeteksi sebelumnya adalah seberapa dini hal itu teridentifikasi. Varian delta pertama kali didokumentasikan pada Oktober 2020 sebelum akhirnya meluas pada April 2021 dan akhirnya mendapatkan label VOC pada Mei setelah para ilmuwan mengaitkannya dengan lonjakan besar-besaran di India. 

Dalam kasus omikron, karena baiknya sistem pengawasan genom Afrika Selatan, varian SARS-CoV-2 yang baru dan tidak biasa telah ditangkap sebelum menyebar secara signifikan ke seluruh dunia. Sayangnya, itu juga berarti tidak ada jawaban yang baik saat ini untuk pertanyaan tentang penularan omikron atau tingkat keparahan penyakit.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: