Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rehabilitasi Mangrove BRGM, Tingkatkan Kesejahteraan Pahlawan Mangrove Natuna, Kepulauan Riau

Warta Ekonomi, Jakarta -

Komitmen Indonesia dalam mitigasi perubahaan iklim dunia diperkuat dengan upaya rehabilitasi mangrove kritis. Melalui Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), pemerintah Indonesia mencanangkan untuk merehabilitasi 600 ribu hektare ekosistem mangrove kritis sampai tahun 2024. Sedangkan tahun 2021, ditargetkan 34 ribu hektare mangrove terehabilitasi. 

Rehabilitasi mangrove tahun ini dilakukan dengan kerangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), dimana penanaman bibit mangrove, menurut Kepala Kelompok Kerja Kerjasama, Hukum dan Hubungan Masyarakat BRGM, Didy Wurjanto, langsung dilaksanakan oleh masyarakat yang berada di provinsi target, yaitu Sumatera Utara, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Papua, dan Papua Barat. 

Dipenghujung tahun ini, upaya penanaman mangrove terus digiatkan.”Untuk lokasi penanaman bibit yang belum selesai, terus kita tingkatkan untuk mencapai target yang sudah ditetapkan. Kami apresiasi sekali bagi masyarakat yang sudah selesai penanaman” ujar Didy penuh bangga. 

Lokasi penanaman bibit mangrove yang telah selesai diantaranya di Kelurahan Sedanau dan Desa Pian Tengah, Kec. Bunguran Barat, Kab. Natuna Kepulauan Riau. 

Luasan penanaman bibit mangrove di Kelurahan Sedanau adalah 110 hektare yang dikerjakan oleh Kelompok Tani Embun Sementeh dan Kelompok Tani Harapan. Sedangkan di Desa Pian Tengah, dilaksanakan oleh Kelompok Tani Mitra dengan areal penanaman seluas 60 hektare. 

Menurut Didy, masyarakat di dua lokasi penanaman mangrove di Kepulauan Riau ini, merupakan pahlawan mangrove Indonesia. Ini alasannya.

  • Ombak Tinggi, masyarakat jadi lebih kreatif dan solutif

Lokasi penanaman bibit mangrove di Kab. Natuna berada di bibir laut langsung. Ini menimbulkan permasalahan karena tingginya ombak laut dan angin kencang langsung ke pantai. Akibatnya, bibit mangrove yang ditanam rusak. 

“Natuna ini kan rentan ombak dan angin kencang, jadi kami agak ketar-ketir membenahi mangrove yang rusak dan tumbang,” ujar Hafizun, Ketua Kelompok Tani Harapan.

Melihat permasalahan ini, tambah Hafizun, bukannya mematahkan semangat masyarakat, tapi malah menjadi solutif. “Jadinya kami membangun pagar untuk melindungi bibit mangrove yang ditanam agar tidak tumbang karena ombak dan angin laut,” pungkas Hafizun dengan bangga karena telah berhasil merampungkan penanaman bibit mangrove di akhir November lalu. 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: