Sementara itu, Ketua Ikatan Alumni ITB Gembong Primadjaja mengaku terhormat dengan 'panggilan' Menteri BUMN terkait dengan rencana peningkatan kerja sama.
"Kita, dengan panggilan itu, tentunya membuat kami merasa terhormat, bisa ikut bersinergi dengan Kementerian BUMN," kata dia.
Menurut Gembong, hal tersebut merupakan sebuah kesempatan yang luar biasa bagi alumni ITB yang berada di luar lingkungan BUMN, namun berkesempatan untuk diajak bekerja sama oleh Menteri BUMN untuk membangun bangsa ini.
Menteri BUMN dihadapan IA ITB mengatakan bahwa saat ini Indonesia sedang menghadapi distruksi yang luar biasa.
"This is biggest challenge of human kind yang kita rasakan hari ini, dimana kita mendapat tiga tekanan, tidak hanya tekanan globalisasi. Pasar global yang memang saat ini terus menerus harus dibuka. Tetapi harus dilihat konteksnya, kalau ini dibuka untuk kepentingan bersama, itu hal yang lumrah. Tetapi yang harus kita jaga kalau ini ditunggangi," ujarnya.
Erick menceritakan bagaimana Indonesia mengalami tekanan untuk menandatangani suplay chain yang sangat tidak menguntungkan bagi Indonesia.
Negara-negara besar, termasuk Singapura didalamnya, duduk bersama dan menekan Indonesia dan Kongo. Erick mengakui setelah Covid ini terjadi distruksi terhadap suplay chains. Dia mencontohkan ada bahan pupuk yang masih impor, dan jika harga naik maka akan mempengaruhi suplay chain karena berdampak pada pangan.
"Nah equilibrium ini yang sedang kita hadapi, karena itu penting sekali kita bersama-sama mengerti situasi ini dan memastikan bahwa market kita, sumber daya alam kita jangan dipergunakan untuk pertumbuhan negara lain," tegasnya.
Belum lagi soal Sub Digital akan akan berdampak pada hilangnya lapangan pekerjaan dan kesempatan usaha.
"Karena itu saya bicara dengan banyak rektor di Indonesia, sudah waktunya kita punya roadmap ketenagakerjaan karena penting sekali kita memapingkan bagaimana kebutuhan tenaga kerja ke depan. Kita perlu link and match dengan Universitas," ucapnya.
Erick juga mengingatkan soal carbon tax dan green energy.
“Negara-negara Eropa akan melihat itu karena itu dijadikan basis dalam menerima komoditas kita. Lihat saja bagaimana negara Eropa menekan kita soal sawit. Karena itu perlu dilakukan bagaimana hilirisasi industri yang menggunakan sawit,” kata Erick.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil