Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Peneliti Skotlandia Bawa Kabar Baik Soal Omicron, tapi Diminta Jangan...

Peneliti Skotlandia Bawa Kabar Baik Soal Omicron, tapi Diminta Jangan... Kredit Foto: Shutterstock/REX/NurPhoto/Vladimir Sindeyeve
Warta Ekonomi, Glasgow -

Di Skotlandia, varian COVID-19 Omicron memiliki lebih sedikit kemungkinan risiko rawat inap dibandingkan Delta, demikian menurut analisis data awal yang ditampilkan sebelum kajian kelompok pada Rabu.

Statistik baru itu sejalan dengan data yang diterbitkan pada Rabu pagi dari Afrika Selatan dan Inggris dan juga sebelumnya sudah melalui kajian kelompok.

Baca Juga: Vaksin Sinovac China Ternyata Melemah Terhadap Omicron, Ini Analisis Pakar

Di Universitas Edinburgh, para peneliti melacak hampir 152.000 pasien yang didiagnosis COVID-19, termasuk 22.205 yang terinfeksi varian Omicron. Setengah dari pasien terinfeksi Omicron berusia di bawah 40 tahun.

Jumlah pasien Omicron yang membutuhkan rawat inap 68 persen lebih rendah dari yang peneliti perkirakan, berdasarkan tingkat pasien yang terinfeksi Delta. Penelitian itu hanya mencakup pasien yang didiagnosis pada praktik perawatan primer.

Studi itu tidak mencakup pasien yang sudah dites COVID-19 di laboratorium Layanan Kesehatan Nasional yang sebagian besar pasien dirawat di rumah sakit, menurut laporan itu.

Peneliti Skotlandia memperkirakan bahwa 7,6 persen kasus Omicron itu infeksi ulang dibandingkan dengan hanya 0,7 persen infeksi yang diakibatkan oleh varian Delta. Mereka juga menemukan bahwa dosis ketiga vaksin memberikan “perlindungan tambahan yang cukup besar terhadap penyakit bergejala”.

Di Imperial College London, peneliti yang awal pekan ini melaporkan penyakit yang tidak kalah parah diakibatkan Omicron daripada Delta, sekarang sudah mengatakan mereka melihat bukti selama lebih dari dua pekan, yakni risiko rawat inap akibat Omicron cenderung berkurang sebesar 40 persen hingga 45 persen ketimbang infeksi Delta.

Peneliti di kedua negara mengatakan mereka melihat bukti bahwa vaksin tetap efektif dalam mencegah penyakit berat akibat Omicron dan dosis booster secara signifikan meningkatkan perlindungan yang memudar dari dua dosis awal.

Para ahli memperingatkan upaya untuk menentukan keparahan Omicron terhambat oleh tingkat kekebalan yang berbeda dari vaksinasi dan infeksi sebelumnya, baik antarnegara maupun dalam negeri, sekarang dan ketika Delta memuncak.

Mereka juga memperingatkan bahwa dibutuhkan penelitian lebih lanjut terkait infeksi Omicron dalam populasi yang lebih luas.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: