Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Studi: Malam Hari, Twitter Dipenuhi Pengguna yang Depresi, Apakah Anda Termasuk?

Studi: Malam Hari, Twitter Dipenuhi Pengguna yang Depresi, Apakah Anda Termasuk? Kredit Foto: Unsplash/ freestocks

Namun, ada perbedaan yang signifikan dalam tingkat aktivitas kelompok pada waktu tertentu dalam sehari. Kelompok depresi kurang aktif di Twitter antara pukul 03.00 pagi dan 06.00 pagi, 09.00 pagi dan 10.00 pagi, 13.00 siang, dan pukul 14.00 siang. Pengguna yang depresi malah lebih aktif di malam hari, antara pukul 19.00 malam dan tengah malam.

Untuk melihat jenis konten apa yang mungkin mendorong perbedaan ini, para peneliti melihat lebih dekat pada cicitan yang diunggah. Spesialis terapi perilaku kognitif (CBT) menganalisis konten cicitan dan mencari kategori kata tertentu yang terkait dengan refleksi diri serta perenungan.

Dari hasil itu, ditemukan bahwa pengguna yang depresi mengunggah cicitan lebih banyak kata terkait dengan pemikiran dan pertanyaan yang kaku, misalnya bisa dan harus. Mereka jarang menggunakan kata pengaruh positif, contonya bahagia dan cinta selama periode waktu dari tengah malam hingga dini hari.

Baca Juga: Jika Anda Mengalami Ini, Besar Kemungkinan Anda Tergolong Mengalami Kecanduan Konten Pornografi

Mereka juga menggunakan kata dalam kategori kata ganti orang, seperti saya dan saya sendiri serta kata pengaruh negatif, seperti marah dan menangis antara pukul 04.00 pagi dan 06.00 pagi. Menurut penulis, hal itu mungkin menunjukkan emosi yang lebih tinggi di antara pengguna yang mengalami depresi.

Dilansir PsyPost, Sabtu (1/1), Ten Thij dan rekannya mencatat bahwa membandingkan tingkat aktivitas kedua kelompok tidak mengungkapkan bukti pergeseran fase. Dengan kata lain, pola aktivitas menunjukkan waktu tidur dan bangun yang serupa di antara kedua kelompok. 

Sebaliknya, perbedaan tingkat aktivitas terlihat pada waktu tertentu dalam sehari. Akhirnya, penggunaan yang lebih besar dari kategori kata refleksi diri dan perenungan menunjukkan bahwa pengguna Twitter dengan depresi memposting cicitan yang mengandung lebih banyak bahasa depressogenic.

“Hasil ini menunjukkan bahwa diagnosis dan pengobatan depresi dapat berfokus pada modifikasi waktu aktivitas, mengurangi perenungan, dan mengurangi penggunaan media sosial pada jam tertentu dalam sehari,” kata para penulis.

Mereka juga mencatat bahwa studi tambahan ke dalam kategori kata yang digunakan dapat menawarkan wawasan tentang perbedaan dalam penggunaan bahasa yang lebih luas antara individu yang depresi dan populasi umum.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: