Aduh Ngeri! Elon Musk Prediksi Ancaman Resesi Ekonomi di Tahun 2022
Baru-baru ini, orang terkaya dunia, Elon Musk mengeluarkan pandangan yang relatif pesimistis terhadap situasi ekonomi pada 2022. Musk memprediksi krisis ekonomi akan terjadi dalam setahun. Sayangnya, Musk tidak merinci detailnya. Ia hanya melakukan prediksi berdasarkan sejarah.
Menariknya, Musk membuat komentar ini di bawah tweet yang membahas perusahaan unicorn global. Tweet tersebut memposting daftar unicorn seraya bertanya berapa banyak unicorn yang akan bertahan dalam 5 tahun. Jawaban Musk justru tidak banyak perusahaan yang bisa bertaan dari resesi berikutnya. Itu pun berdasarkan acuan sejarah.
Baca Juga: Udah Kaya Makin Kaya, Kekayaan Elon Musk Bikin Ngiler! Melonjak Rp466 Triliun Hanya dalam Semalam!
Mengutip Gizchina di Jakarta, Selasa (4/1/22) ada pendapat bahwa resesi yang dimaksud Musk akan dimulai dengan aksi jual saham AS.
Menurut Doug Ramsey, kepala investasi untuk Leuthold Group, pekan lalu, ketika S&P 500 ditutup pada level tertinggi 52 minggu, 334 perusahaan yang diperdagangkan di Bursa Efek New York mencapai level terendah dalam 52 minggu, lebih dari dua kali lipat jumlah yang menandai tertinggi baru satu tahun.
"Itu hanya terjadi tiga kali dalam sejarah — semuanya pada Desember 1999,” ujar Ramsey.
Singkatnya, pasar saham AS berada pada titik tinggi. Tidak ada cukup dana baru di luar pasar saham.
Dana saham AS diakumulasikan dalam kumpulan beberapa perusahaan terkemuka, sehingga valuasi perusahaan lain berada pada level yang rendah. Sederhananya, pembiayaan akan menjadi lebih sulit. Apalagi, kebijakan moneter Federal Reserve cenderung konservatif. Artinya situasi likuiditas yang ketat semakin meningkat.
Sementara itu, pengguna Twitter lainnya percaya bahwa tingkat inflasi di Amerika Serikat telah mencapai rekor tertinggi dalam sejarah. Tanda yang jelas adalah bahwa harga barang-barang di toko-toko ritel telah meningkat dalam enam bulan terakhir.
Apakah akan ada krisis keuangan pada tahap selanjutnya tergantung pada apakah Fed dapat secara efektif menarik diri dari kebijakan moneter pelonggaran kuantitatif.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami