Penetrasi Industri Asuransi, Pandemi Covid 19 Jadi Momentum Pertumbuhan Insurtech
Bagaimana Perusahaan Insurtech Melihat Peluang Digitalisasi
Sebagai salah satu perusahaan asuransi yang tengah bergelut di tengah era digitalisasi, PasarPolis juga melihat insurtech sebagai hal menjanjikan. Menurut Director of Partnership, PasarPolis, Adi Darmaputra, beberapa tahun belakangan merupakan hal yang positif bagi dunia insurtech.
“Hal itu bisa dilihat dari sisi regulator, pelaku industri, user itu semua memang membutuhkan apa yang di provide oleh insurtech. Dan dari sisi PasarPolis sendiri bisnis yang sedang kita jalankan ini memang dilandaskan oleh visi dan misi kita. Kita ingin memberikan akses asuransi untuk semua kalangan masyarakat,” ujarnya saat diwawancarai oleh Tim Warta Ekonomi, Selasa (11/01).
Menurutnya dengan bantuan informasi dan teknologi masyarakat dimungkinkan untuk mendapatkan akes asuransi yang mudah dengan harga premi yang afordable dan juga dalam proses untuk mengaktifkan perlindungan asuransi dan perlindungan klaim, tercipta pengalaman yang menyenangkan.
“Kita juga ingin menciptakan peace of mind bagi seluruh masyarakat tentu kita ingin memberikan perlindungan, kita berharap itu akan memberikan kesadaran berasuransi menjadi lebih tinggi, dan itu juga untuk mendukung program pemerintah meningkatkan inklusi keuangan dengan produk asuransi yang meskipun saat ini masih relatif rendah,” terangnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Founder and Chief Executive Officer (CEO) Fuse Insurtech, Andy Yeung yang mengungkapkan bahwa saat ini banyak potensi yang masih bisa dieksplorasi agar bisnis asuransi dan insurtech bisa berkembang.
“Yang bisa dikembangkan yakni infrastruktur teknologi, saluran distribusi produk asuransi yang hemat biaya, serta kesadaran tentang pentingnya asuransi,” jelasnya.
Ia juga menyebutkan industri asuransi punya potensi besar untuk berkembang. Mengacu pada data Otoritas Jasa Keuangan atau OJK, sebanyak 97 persen masyarakat Indonesia belum mendapatkan proteksi asuransi karena kurangnya kepercayaan pada sistem yang ada saat ini. Inovasi yang ditawarkan insurtech menjadi jawaban atas permasalahan ini.
“Nyatanya, ekosistem digital yang dibangun oleh perusahaan insurtech menawarkan berbagai macam kanal distribusi untuk memasarkan produk asuransi, membuat akses terhadap produk asuransi menjadi lebih mudah, serta produk asuransi yang dikembangkan menjadi lebih beragam,” ujarnya.
Namun sayangnya, menurut laporan dari DSInnovate: Fintech Report 2021 ‘The Convergence of (Digital) Financial Services, fintech dengan kategori seperti insurtech, crowdfunding, dan remitansi masih menantang bagi masyarakat Indonesia.
“Kesadaran insurtech di Indonesia masih dianggap rendah dibandingkan dengan layanan fintech lainnya dan top of-mind. Secara keseluruhan, kesadaran insurtech dan top of mind masing-masing di bawah 40% dan 10%,” tulis laporan tersebut.
Hasil survei itu juga menunjukkan bahwa semua insurtech yang ada di Indonesia masih di bawah 40%, yang mencerminkan bahwa tidak ada yang mendapatkan Top of Mind dan kesadaran dari masyarakat.
“Dari segi persepsi, responden kebanyakan mengakui fintech sebagai pinjaman online (15,1%), kemudahan transaksi (13,3%), dan keuangan digital (12,9%). Hanya 7,3% responden yang disurvei melihat produk fintech sebagai layanan keuangan online.”
Walau angkanya tidak memuaskan, industri insurtech nyatanya masih terlalu awal untuk menyaingi produk fintech lainnya. Meski begitu perkembangannya dari tahun ke tahun juga tidak bisa dianggap sebelah mata, industri asuransi merupakan salah satu industri keuangan non bank yang terus tumbuh selama pandemi Covid-19. OJK mencatat, total premi asuransi insurtech melalui kerja sama pialang atas penjualan produk mencapai Rp811,71 miliar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Alfi Dinilhaq