Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan groundbreaking proyek hilirisasi batu bara menjadi dimetil eter (DME) di Kawasan Industri Tanjung Enim, Muara Enim, Sumatera Selatan.
Proyek ini merupakan hasil kerjasama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bersama dengan PT Pertamina dan Air Products & Chemicals Inc.
Baca Juga: Militer Myanmar Makin Keji, Jokowi Tegas Ingatkan Pesan Ini
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan investasi dalam proyek hilirisasi batu bara ini sebesar Rp33 triliun dengan waktu pengerjaan selama 30 bulan atau 2 tahun setengah.
“Kemarin akhir november kita MoU Air procut, ini kerjasama dengan PTBA dengan Pertamina Realisasi invetasi 33 triliun waktunya hrusnya 36 bulan, tapi kami rapat kami minta 30 bulan,” ujar Bahlil saat groundbreaking protek hilirisasi batu bara dipantau virtual, Senin (24/1/2022).
Bahlil mengatakan, proyek ini akan menghasilkan lapangan pekerjaan 12.000 sampai 13.000 dari konstruksi yang dilakukan Air Products, kemudian sekitar 11.000 sampai 12.000 dilakukan di hilir oleh Pertamina.
"Di tambah lagi begitu eksisting berproduksi, lapangan pekerjaan disiapkan yang tetap 3.000. Itu yang langsung. Kalau yang tidak langsung, konraktornya, subkontraktornya, multiplier effect, itu bisa tiga sampai empat kali lipat dari yang ada,” ujarnya.
Selain menyerap ribuan tenaga kerja, proyek ini menghasilkan output gasifikasi ini untuk mengurangi impor gas elpiji.
Sebagaimana diketahui, rata-rata impor gas elpiji Indonesia setiap tahunya culup besar dengan rata-rata 6 sampai 7 juta dan subsidi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang tidak sedikit .
"Impor gas elpiji rata-rata 1 tahun 6-7 juta, subsidi kita cukup besar. Di dalam perhitungan kami, setiap 1 juta ton hilirisasi, kita bisa melakukan efisiensi sekitar Rp 6-7 triliun dari subsidi. Jadi tidak ada alasan lagi untuk kita tidak mendukung program hilirisasi,” ungkapnya.
Bahlil melanjutkan, dalam pengerjaan proyek ini juga sekaligus menghilangkan stigma bahwa negara hanya fokus menarik investasi dari satu negara.
"Investasi ini full dari Amerika bukan dari Korea, Jepang dan bukan China jadi sekaligus penyampaian bahwa tidak benar bawha pemahaman negara fokus investasi dari banyak negara ini buktinya kita primbangan ini Amerika," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: