Titi Kamal juga merasakan hal yang sama. "Sangat jarang ya Pak film sekuel ini penontonnya lebih banyak dari yang pertama. Jadi saya awalnya mikir 800 ribu seperti yang pertama itu berat karena kondisinya pandemi. Ternyata ini bisa 1,5 juta penonton, buat saya ini seperti magic," ujar Titi.
Syuting selama 29 hari di masa pandemi, Dheeraj mengaku harus mengeluarkan biaya produksi lebih besar. Kenaikannya bisa 20-30% untuk biaya tes PCR.
"20-30% ya naiknya dari syuting biasanya. Ini syuting 29 hari dan harus PCR berkali-kali. Biaya syutingnya naik signifikan. Dengan 180 kru dan pemain yang terlibat, karantina dilakukan dalam satu hotel selama syuting di Garut," ujarnya.
Titi Kamal memberikan apresiasi pada Dee Company yang memberikan jaminan kesehatan pada pemain dan kru. "Saya ada beberapa kali pulang ke rumah. Kita yang dari luar harus PCR lagi. Kita syuting saling jaga, semua di satu hotel seperti karantina jadi aman, sehat semua sampai syuting berakhir nggak ada masalah," ujar Titi.
Mengetahui fakta tersebut, Sandy antusias. "Wow, naik 20% untuk kesehatan bersama, tentu ini perlu diapresasi. Syuting melibatkan 180 kru dan pemain sehingga perlu diperhatikan karena industri perfilman menciptakan lapangan kerja yang besar. Selamat dan terimakasih, kami mengangpap sektor perfilman sangat stretegis membangkitkan ekonomi dan indentitas bangsa," ucapnya.
Dheeraj Kalwani berharap pencapaian Makmum 2 dapat memberikan optimisme pada film Indonesia.
"Saya rasa 70% kapasitas bioskop ini sudah bagus banget ya. Bisa bikin film bangkit kembali. Semoga film Indonesia lebih ramai lagi. Industri perfilman dan hiburan bisa meriah dan bangkit lagi," paparnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: