Erdogan Ingin Gelar KTT Perdamaian untuk Redam Krisis Ukraina-Rusia
Selama kunjungannya ke Ukraina pada Kamis (3/2/2022), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menawarkan untuk mengadakan KTT perdamaian demi meredam krisis Ukraina-Rusia.
Tawaran dari Erdogan itu datang di tengah upaya para pemimpin Uni Eropa yang ingin meningkatkan jangkauannya ke Kremlin.
Baca Juga: Erdogan Kesal Amerika dan Barat Tidak Lakukan Apa pun untuk Selesaikan Krisis
Sama seperti Erdogan, mereka juga tengah dibuat ketar-ketir dengan kemungkinan bahwa Moskow akan menyerang tetangganya.Konflik diplomatik ini juga datang bersamaan dengan makin meruncingnya hubungan Rusia dan Amerika Serikat (AS), dengan Kremlin menuduh Washington meningkatkan 'ketegangan' krisis.
Retorika Moskow itu pun sebagai balasan usai AS mengerahkan 3 ribu lebih tentara tambahan untuk memperkuat sayap timur NATO, di mana seribu di antaranya dikirim ke Rumania, dan 2 ribu ke Polandia. Ketegangan pun kian meningkat setelah Moskow menolak untuk menarik kembali lebih dari 100 ribu tentaranya yang ada di perbatasan Ukraina.
Menghadapi itu, para pemimpin kekuatan Eropa, Jerman dan Prancis, langsung bereaksi, mengatakan akan menargetkan kunjungan untuk menemui Putin di Moskow.
Tak ketinggalan, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengungkap upaya untuk melakukan panggilan telepon ketiganya dalam seminggu dengan Putin pada Kamis malam. Selain menelepon Putin, Macron juga mengungkap rencana pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.Itu artinya kekuatan Barat yang telah terlibat dalam upaya diplomatik makin intens.
Mengingat, sebelumnya sudah ada ancaman sanksi terhadap lingkaran dalam Putin. Sanksi akan diberikan jika Moskow nekat menyerang Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terlihat dalam pertemuan di Kyiv-Kantor Pers Kepresidenan Ukraina, sementara itu, telah mengejar jalur diplomatiknya sendiri.
Dalam pertemuan tatap mukanya dengan Zelenskyy, ia menegaskan kembali tawarannya untuk menjadi tuan rumah pertemuan puncak perdamaian dengan Putin.Dengan kata lain, pemimpin Turki itu ingin meningkatkan hubungan khususnya dengan Putin sekaligus memberi dukungan kuat untuk Kyiv melalui pembicaraan damai.
Upaya Erdogan tersebut disambut positif oleh Zelenskyy yang langsung mengucapkan terima kasih. Presiden Ukraina itu juga bersikeras bahwa dia akan 'siap melakukan segala kemungkinan di semua platform dan dalam semua format' untuk membawa perdamaian ke Ukraina.Responden Al Jazeera, Sinem Koseoglu ikut melaporkan pertemuan kedua pemimpin.
Melapor dari Istanbul, Koseoglu mengatakan Erdogan telah melangkah sebagai 'penengah antara Ukraina dan Rusia. Ini karena Erdogan yakin bahwa dia dapat berbicara dengan 'bebas dan terus terang', baik dengan Zelenskyy maupun Putin.
"(Erdogan) mengatakan bahwa dia tidak suka melihat dua tetangga dalam konflik, tetapi sebagai anggota NATO, jika Rusia menginvasi Ukraina, Turki akan melakukan apa yang diperlukan untuk mempertahankan sayap timur aliansi militer transatlantik.
“Tapi tentu saja, Turki dan Rusia memiliki hubungan strategis dan kerja sama strategis dalam hal Libya, Suriah, dan Nagorno-Karabakh … jadi Erdogan harus sangat berhati-hati saat menangani masalah ini … karena dia memiliki beberapa kepentingan nasional yang dipertaruhkan," lapor Koseoglu.
Namun, dorongan Erdogan untuk duduk bersama sejauh ini telah dihalangi oleh kemarahan Kremlin karena Turki yang juga anggota NATO, memasok drone tempurnya ke Kyiv. Pada Kamis, kedua belah pihak juga telah menandatangani kesepakatan baru yang bertujuan untuk memperluas produksi drone di Ukraina.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: