Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Insentif Fiskal, Momentum Pemulihan Perekonomian Nasional

Insentif Fiskal, Momentum Pemulihan Perekonomian Nasional IMI Jawa Barat mencatat sebelum pandemi Covid-19 ada perputaran nilai ekonomi dari event otomotif yang menghasilkan transaksi di atas Rp2 triliun. | Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, mengatakan bahwa insentif fiskal yang tajam dan terukur diharapkan dapat menjaga momentum pemulihan ekonomi serta perekonomian nasional melaju dengan kuat hingga triwulan IV.

Sebagaimana ditunjukkan pada tingkat pertumbuhannya pada triwulan IV 2021, ekonomi nasional tumbuh sebesar 5,02% (yoy). Laju perekonomian yang makin kuat ini perlu terus dipertahankan bahkan ditingkatkan.

Baca Juga: Ini 3 Isu Industri di Presidensi G20, Memperin Ajak Negera Lain Kolaborasi Pulihkan Ekonomi Global

"Beberapa sektor strategis masih memiliki ruang yang lebar untuk pulih dan tumbuh lebih baik di periode yang akan datang. Peran insentif fiskal selama ini krusial dalam menstimulus pemulihan tersebut, termasuk insentif PPnBM DTP kendaraan bermotor," kata dia dalam keterangam tertulis di Jakarta, Selasa (8/2/2022).

Dia mengtakan, tingkat pertumbuhan perdagangan kendaraan bermotor mampu bangkit dari kontraksi 14,1% pada tahun 2020 menjadi tumbuh 12,1% pada 2021. Begitu juga dari sisi produksi, industri alat angkutan melonjak dari terkontraksi 19,9% pada 2020, kemudian meningkat signifikan 17,8% pada 2021.

"Kebijakan insentif PPnBM DTP penjualan mobil telah berhasil mendorong pemulihan sisi permintaan yang diikuti dengan peningkatan sisi supply," lanjut Febrio.

Menurut dia, tren positif yang sangat baik ini perlu dipertahankan. Dalam hal ini, sektor otomotif nasional memiliki peranan strategis dalam mendorong industri yang memiliki nilai tambah dan efek pengganda yang tinggi serta menciptakan lapangan kerja yang berkualitas.

Selain itu, sektor ini juga memiliki orientasi ekspor yang cukup baik, yaitu sekitar 15,6% dari total permintaan akhir merupakan produk ekspor. Di sisi lain, meskipun berhasil tumbuh tinggi, level PDB dari kedua sektor ini belum kembali ke masa prapandemi sehingga peluang pertumbuhan bagi sektor otomotif untuk meningkatkan kapasitas produksinya masih terbuka lebar.

Selain dari sisi produksi, lanjutnya, potensi dari sisi permintaan juga masih baik. Kredit konsumsi yang di antaranya untuk kendaraan bermotor masih belum ekspansif dengan optimal. Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) di perbankan masih menunjukkan tren peningkatan sejak 2020 awal. Hal ini memberi indikasi bahwa jumlah suplai pendanaan di dalam negeri masih tinggi dan cenderung ditempatkan di instrumen keuangan.

"Mengingat bahwa kredit konsumsi belum mendekati level prapandemi, diperlukan upaya untuk mendorong transmisi ke sektor riil untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi," lanjut Febrio.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: