Langkah Prabowo Borong 42 Jet Tempur dari Prancis Bikin Indonesia Disegani Dunia
Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto memborong 42 jet tempur dari Prancis dan 36 jet tempur dari Amerika Serikat. Pembelian pesawat tempur ini akan memperkuat pertahanan Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pun akan semakin gagah.
Prabowo melalui anak buahnya, yakni Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan (Kabaranahan) Kementerian Pertahanan (Kemhan) Marsda TNI Yusuf Jauhari telah meneken perjanjian kerja sama pembelian jet tempur generasi 4,5 Dassault Rafale dengan Dassault Aviation, perusahaan dirgantara Prancis.
Menteri Pertahanan Prancis, Florence Parly pun bela-belain datang ke Jakarta untuk menyaksikan langsung penandatanganan kontrak pembelian jet tempur ini bareng Prabowo.
Baca Juga: Siapa Sangka Begini Kata Natalius Pigai Soal Prabowo Subianto dan Puan Maharani
Total ada 42 jet tempur yang mau di borong Prabowo. Tapi belinya bertahap. Yang diteken baru 6 pesawat. Sisa 36 jet tempur lain nya, menyusul. “Kita mulai hari ini dengan tanda tangan kontrak pertama untuk 6 pesawat,” kata Prabowo, Kamis (10/2).
Selain beli pesawatnya, Prabowo juga mendatangkan dukungan latihan persenjataan dan simulator-simulator yang dibutuhkan. Karena pesawat jenis ini terbilang baru bagi Indonesia.
Dassault juga melakukan kerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia (DI) untuk maintenance, repair, dan overhaul pesawat-pesawat Prancis di Indonesia. Seperti Rafale, helikopter Caracal, dan lainnya.
Menteri Parly senang bukan main dengan aksi borong jet tempur buatan ne garanya ini. Ia meyakinkan bahwa pembelian jet tempur jenis Rafale ini adalah pilihan tepat. Khususnya dalam menjaga kedaulatan Indonesia. Karena punya keunggulan teknis dan kapasitas operasional di berbagai medan yang menantang.
“Kami senang sekali Indonesia memilih Prancis sebagai mitra dalam program modernisasi alutsista, khususnya untuk pesawat tempur,” ungkapnya.
Memangnya berapa duit yang dihabiskan untuk memborong jet tempur Rafale ini? Jika ditengok di situs Dassault Aviation, satu unit Rafale harganya mencapai 115 juta dolar AS atau sekitar Rp 1,63 triliun. Jika dikalikan 42 unit, maka duit yang harus disiapkan sekitar Rp 68,46 triliun.
Selain jet tempur Prancis, Prabowo juga diketahui memborong jet tempur Amerika jenis F-15EX baru. Duit yang dibutuhkan untuk membeli pesawat itu sekitar 13,9 miliar dolar AS atau setara Rp 199,48 triliun. Duit sebanyak itu, dipecah ke dalam 2 bagian.
Untuk pengadaan 36 unit jet tempur butuh 9,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 136,3 triliun. Maka per unit F-15EX dibanderol seharga Rp 3,7 triliun. Sisanya untuk biaya peralatan sekitar 4,4 miliar dolar AS atau setara Rp 63 triliun.
Pembelian 36 jet tempur F15 ini baru direstuin Amerika sehari setelah Indonesia dan Prancis meneken pembelian jet tempur Rafale. Kemenlu negeri Paman Sam itu beralasan, restu pembelian jet tempur ini diberikan untuk meningkatkan keamanan mitra regional.
“Keamanan mitra regional penting untuk stabilitas politik, dan kemajuan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik,”kata badan itu dalam sebuah pernyataan, dikutip dari AFP.
Lalu bagaimana tanggapan DPR terkait belanja jet tempur Prabowo ini? Anggota Komisi I DPR Dave Laksono setuju dengan belanjaan Prabowo itu. Rencana pembelian jet tempur itu juga sudah pernah disampaikan dalam rapat dengan Komisi I.
Dave mengatakan, sudah beberapa kali melakukan inspeksi kondisi pesawat tempur yang saat ini dimiliki Indonesia. Menurut dia, kondisi pesawat tempur yang ada memprihatinkan. “Banyak yang sudah tidak layak terbang,” sambungnya.
Dukungan juga datang dari pengamat militer, Beni Sukadis. Menurut dia, langkah Prabowo memboyong 42 jet tempur Rafale akan menambah daya gentar (detterent) di kawasan Asia Tenggara. Terutama dalam mengawasi wilayah udara RI yang sangat luas dan menghadapi ketegangan di Laut China Selatan (LCS).
”Situasi di Natuna Utara solusinya memang dengan modernisasi senjata, tidak bisa hanya dengan diplomasi saja. Dengan menunjukkan kita punya persenjataan itu, China pasti jadi pikir-pikir untuk berurusan,” kata Beni, kemarin.
“Kita jadi semakin disegani. Apalagi, setahu saya, Pak Prabowo pesan pesawat berikut senjatanya, karena selama ini kita tidak punya senjata,” tambah Beni.
Meski tidak secanggih Lockheed Martin F-35 buatan Amerika Serikat (AS) ataupun Sukhoi Su-35 dari Rusia, Beni menilai, kehadiran Rafale di Angkatan Udara (AU) Indonesia sudah cukup untuk mengejar keterting galan selama ini.
“Dari sisi kemampuan mesin, dan Rafale ini sama-sama double engine dan punya kemampuan multi roles. Artinya, tidak hanya bisa difungsikan sebagai pesawat tempur saja, tapi bisa juga bomber dan memiliki kemampuan jammer dari pesawat lain. Kecanggihan perang elektroniknya sudah lengkap,” bebernya.
Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia tertinggal dari Singapura dalam jumlah pesawat tempur. Berdasarkan data Global Fire Power 2021, Singapura memiliki 100 pesawat tempur, sedangkan Indonesia hanya 41 unit.
Beni menambahkan, pertahanan Indonesia bakal semakin menguat se iring adanya rencana Indonesia me ngakuisisi dua kapal selam (kasel) Scor pene dari Naval Group, yang juga perusahaan berbasis di Prancis. Terlebih, sempat ada kecelakaan KRI Nanggala-402.
Keputusan Indonesia memboyong alutsista asal Prancis juga dianggap tepat dalam menghadapi situasi geopolitik saat ini. Alasannya, “Negeri Mode” secara teknologi dan strategis merupakan mitra yang tepat dalam upaya pengadaan alutsista Tanah Air.
“Prancis dikenal sebagai negara yang memiliki kemandirian dalam hal produksi alutisista dan mereka mau bekerja sama dalam skema offset (timbal balik dagang dalam pembuatan spare part pesawat atau kerja sama lainnya),” jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajria Anindya Utami