Dalam menyongsong 100 tahun berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, NU memiliki banyak ulama dan cendekiawan yang memiliki daya saing nasional dan internasional. Hal tersebut merupakan potensi dan kekuatan yang harus dikelola dengan baik.
Wakil presiden (Wapres) K.H. Ma'ruf Amin mengatakan, di usia 100 tahun, tentunya NU memiliki tantangan yang makin besar. Oleh karenanya, dalam menghadapi tantangan tersebut, NU harus mengoptimalkan potensi yang dimiliki dan menjadi motor penggerak dalam perubahan di berbagai sektor.
Baca Juga: Cak Imin Buka-Bukaan, Diakui Hubungan NU dan PKB Sekarang...
"Bagaimana menjadikan potensi yang dimiliki NU itu menjadi sebagai lokomotif gerakan perbaikan, sebagai lokomotif al-harakatul ishlahiyah di semua aspek," kata Wapres pada puncak peringatan hari lahir ke-99 NU, kemarin malam yang dikutip dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (18/2/2022).
Dengan begitu, Wapres menekankan, NU bukan menjadi kekuatan yang hanya terkumpul, tapi tidak memberikan dampak dinamika terhadap perbaikan-perbaikan. Sebaliknya, justru bagaimana bisa menjadikan kekuatan itu lokomotif penggerak di berbagai sektor.
Menurut Wapres, mengutip pernyataan Hadlratus Syekh Hasyim Asy’ari, NU adalah jam’iyyatu ishlahin, organisasi perbaikan. Karenanya, NU merupakan sebuah gerakan ulama dalam menuntun umat ke arah kebaikan di berbagai bidang.
"Itulah sebabnya Hadlratus Syekh Hasyim Asy’ari menyatakan Nahdlatul Ulama adalah jam’iyyatu ishlahin, organisasi perbaikan. Nahdlatul Ulama adalah gerakan ulama dalam memperbaiki umat, baik menyangkut masalah keagamaan maupun masalah kemasyarakatan. Kemasyarakatan tentu menyagkut soal ekonomi, budaya, soal politik, dan semua aspek kemasyarakatan," papar Wapres.
Oleh karena itu, Wapres berharap kepada para pemimpin NU di setiap tingkatan untuk dapat menjadi dinamo penggerak (muharrik) yang akan membawa seluruh jaringan NU baik di Indonesia maupun di luar negeri untuk menjadi penggerak di semua tingkatan.
"Itu arti dari Nahdlatul Ulama, kebangkitan ulama. Sebab, kalau tidak terjadi gerakan itu bukan Nahdlatul Ulama lagi namanya, tapi (sukutul ulama), diamnya ulama," pungkas Wapres.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: