Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hasil Survei The Trade Desk: 68% Masyarakat Indonesia Berencana Berbelanja Online saat Ramadan

Hasil Survei The Trade Desk: 68% Masyarakat Indonesia Berencana Berbelanja Online saat Ramadan Kredit Foto: Unsplash/Rupixen
Warta Ekonomi, Jakarta -

Untuk memeriahkan momen belanja saat bulan Ramadan, The Trade Desk (NASDAQ: TTD), sebagai teknologi periklanan, dan YouGov melakukan sebuah survei dan menemukan bahwa dua dari tiga (68 persen) orang Indonesia berencana untuk berbelanja online saat bulan Ramadan nanti. Jumlah ini meningkat 19 persen dari tahun ke tahun.

Melansir dari siaran resminya, Jumat (18/02) berikut rangkuman hasil survei oleh The Trade Desk dan YouGov:

Baca Juga: Lagi, 50 Pinjaman Online Ilegal Diberantas SWI

Brand yang memulai kampanye lebih cepat akan terus diingat konsumen selama perjalanan belanja mereka

Menurut hasil survei, momen belanja bulan Ramadan akan dimulai pada akhir Februari, dan akan makin meningkat di sepanjang bulan Maret, sebelum sampai di puncaknya pada pertengahan bulan April.

Meskipun konsumen Indonesia sudah berencana untuk berbelanja secara intens dua sampai tiga minggu sebelum Hari Raya Idulfitri, mereka juga berencana untuk berbelanja jauh sebelum bulan Ramadan. Faktanya, survei ini menemukan bahwa mayoritas (91 persen) konsumen adalah konsumen yang "terencana" saat mereka membelanjakan THR-nya.

Country Manager, The Trade Desk Indonesia, Florencia Eka, mengungkapkan bahwa pandemi telah mempercepat adopsi programmatic advertising sebagaimana para pengiklan menyadari pentingnya menjadi lebih fleksibel di saat situasi dapat berubah dalam waktu singkat.

Menurutnya, di tengah-tengah segala ketidakpastian, survei ini memberikan angin segar kepada para pengiklan sebab jumlah konsumen yang akan berbelanja di Ramadan tahun ini meningkat dibandingkan tahun lalu.

"Pengiklan yang memanfaatkan kesempatan ini dalam menyusun strategi mereka akan menikmati keberhasilan aktivasi brand dan mampu menjadi pilihan utama bagi konsumen selama Ramadan dan bahkan setelahnya," kata Florencia.

Iklan di OTT (over-the-top) membantu konsumen untuk menemukan brand baru

Ketika ditanya tentang bagaimana orang Indonesia akan menghabiskan waktu mereka saat bulan Ramadan di ranah digital, mereka menyebut beberapa kanal di open internet (internet terbuka) mulai dari menonton TV dan film secara online hingga streaming musik, sampai menonton video pendek dan membaca konten online.

Temuan ini menunjukkan bahwa orang Indonesia akan menghabiskan lebih dari setengah dari waktu digital mereka di open internet. Artinya, kanal-kanal yang kian berkembang ini membuka peluang yang berharga bagi pengiklan modern.

Survei ini juga menekankan bahwa bulan Ramadan adalah momen yang ideal bagi pengiklan untuk memenangkan hati calon konsumen baru untuk brand mereka. Nyatanya, 56 persen orang Indonesia tertarik untuk mencoba atau mempelajari tentang brand baru saat berbelanja kebutuhan Ramadan.

Temuan lainnya, satu dari tiga konsumen mengenal tentang brand baru dari iklan yang ditonton melalui platform OTT, dan satu dari lima konsumen mengenalnya dari layanan streaming musik.

"Informasi ini memperkuat peluang yang dihadirkan oleh open internet dalam membantu brand untuk memperluas jangkauan audiens mereka dan juga dalam memengaruhi konsumen disetiap perjalanan belanja mereka," tutur Florencia.

Bulan Ramadan akan mempercepat toko retail mengadopsi konsep phygital

Meskipun orang Indonesia berencana untuk meningkatkan belanja online mereka pada Ramadan ini, mereka masih sangat ingin untuk keluar rumah untuk berbelanja dan makan di restoran favoritnya.

Tujuh dari 10 orang berencana untuk berbelanja secara offline, terutama untuk lima kategori barang, yaitu keperluan bahan makanan, perabot rumah, kendaraan, peralatan rumah tangga, dan kebutuhan anak. Selain itu, 60 persen orang Indonesia juga berencana untuk makan di luar rumah sebagai bagian dari perayaan Ramadan.

Florencia menambahkan, "Dengan pergerakan konsumen yang berpindah antara online dan offline, pengiklan sangat disarankan untuk mengkaji kembali pendekatan branding mereka dan memanfaatkan kekuatan strategi omni­-channel (multi kanal) untuk mendekatkan diri dengan konsumen di setiap perjalanannya."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: