Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Suara Adzan Diatur-atur, Ada yang Protes: Akan jadi sensitif Kalau disensitifkan, drama jadinya

Suara Adzan Diatur-atur, Ada yang Protes: Akan jadi sensitif Kalau disensitifkan, drama jadinya Kredit Foto: Antara/Aji Styawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Imam di Islamic Center of New York, Amerika Serikat Shamsi Ali angkat bicara dengan pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang membandingkan suara adzan dengan gonggongan anjing.

Menurut Shamsi tidak sepatutnya Yaqut menganalogikan dua hal yang sangat berbeda untuk menjelaskan pentingnya pengaturan suara di lingkungan masyarakat. Apalagi yang dibandingkan adalah panggilan untuk umat Sholat dengan suara anjing.

Di luar masalah pengaturan toa masjid, Shamsi menilai tidak seharusnya Yaqut mengatur suara adzan.

"Sekali lagi, yg begini tdk penting2 banget diatur. Masalah sensitifitas manusia bisa diselesaikan dg pendidikan dan saling memahami. Kalau gitu jangan masalahkan kalau masing2 Umat menolak Umat  lain beribadah termasuk bangun rumah ibadah a.n. Terganggu? Bisa kok saling memahami, Akan jadi sensitif kalau disensitifkan.. drama jadinya" kata Shamsi di akun twitternya.

Ia juga menceritakan kalau ia pernah tinggal di kawasan Gereja yang banyak suara bel dan ia merasa tidak tersinggung dengan riuhnya suara tersebut.

"Saya pernah tinggal tdk jauh dari sebuah gereja di NY. Nggak tersinggung dg bunyi bell. Sekitar gereja bahkan ada sekolah. Bunyi bell itu panjang di jam 10-an Pagi. Tidk ada yang marah. Itu Hidup manusia yang Sudah biasa," tegasnya.

Seperti diketahui saat berada di Gedung Daerah Provinsi Riau, Rabu, 23 Februari 2022, Menag Yaqut menilai suara-suara Toa di masjid selama ini adalah bentuk syiar. Hanya, jika dinyalakan dalam waktu bersamaan, akan timbul gangguan.

"Yang paling sederhana lagi, kalau kita hidup dalam satu kompleks, misalnya. Kiri, kanan, depan belakang pelihara anjing semua. Misalnya menggonggong dalam waktu bersamaan, kita ini terganggu nggak? Artinya apa?," katanya.

"Suara-suara ini, apa pun suara itu, harus kita atur supaya tidak jadi gangguan. Speaker di musala-masjid silakan dipakai, tetapi tolong diatur agar tidak ada terganggu," lanjutnya.

Ia kemudian meminta agar suara Toa diatur waktunya. Jadi niat untuk syiar tidak menimbulkan gangguan masyarakat.

"Agar niat menggunakan speaker sebagai untuk sarana, melakukan syiar tetap bisa dilaksanakan dan tidak mengganggu," tandasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: