Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memamerkan tingkat kemacetan ibu kota mengalami penurunan beberapa waktu belakangan ini. Namun, hal ini diduga terjadi bukan karena program Anies dalam mengatasi kemacetan.
Turunnya tingkat kemacetan yang dikatakan Anies berdasarkan hasil survei TomYom yang menyebut pada tahun 2021 Jakarta menempati peringkat 46 dari 404 kota termacet di dunia. Tren positif ini dikatakan Anies terjadi karena transformasi sistem transportasi yang selama ini ia lakukan selama memimpin Ibu Kota.
Baca Juga: Ide Anies Baswedan Didukung untuk Dipakai di IKN, Tapi PDIP Tak Ingin...
Menanggapi hal ini, Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno menganggap tingkat kemacetan turun belakangan ini adalah hal yang wajar. Pasalnya, pandemi Covid-19 membuat kegiatan masyarakat dibatasi sehingga pergerakan kendaraan jadi berkurang.
"Dalam dua tahun terakhir, aktivitas masyarakat di luar rumah menurun. Karena terjadi pandemi COVID-19. Masyarakat bekerja di rumah (WFH), pelajar dan mahasiswa belajar secara daring," ujar Djoko saat dikonfirmasi, Kamis (3/3/2022).
Berdasarkan data yang ia miliki, jumlah penumpang KRL Jabodetabek yang semula setiap hari 1,1 juta orang menurun makisimum 400 hingga 300 ribu per hari.
"Selama pandemi, jam operasional Transjakarta, MRT Jakarta, LRT Jakarta, dan KRL pun berkurang. Jumlah armada bus maupun keretanya juga menurun," jelas Djoko.
Baca Juga: Puaskah Warga Indonesia Pada Kinerja Presiden Jokowi?
Kendati demikian, menururnya transformasi sistem tranformasi menjadi terintegrasi antar moda juga perlu mendapatkan apresiasi.
"Harus diapresiasi juga, jaringan layanan transportasi umum makin bertambah dengan adanya JakLingko," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Adrial Akbar