Strategi Baru! Jago Perang Kota, Rusia Bawa Pejuang Suriah ke Ukraina
Rusia diketahui membawa pejuang Suriah untuk bertempur bersama mereka di Ukraina lantaran berpengalaman dalam perang kota.
Padahal sebelumnya, Moskow memberi ancaman terkait gelombang petempur asing yang ingin membantu pasukan Ukraina.
Baca Juga: Kremlin: Rusia Siap Hentikan Operasi Militernya Jika Ukraina Bersedia Ubah Konstitusinya
Pejabat AS yang dikutip Wall Street Journal pada Minggu (7/3) mengatakan, dalam beberapa hari terakhir telah merekrut pejuang dari Suriah dengan harapan mereka dapat membantu merebut Kyiv.
Pemanfaatan para pejuang Suriah itu dikarenakan resistensi yang kuat dari pihak Ukraina yang membuat pasukan Rusia mandeg dalam upayanya menembus jantung Ukraina.
Rusia memasuki perang saudara Suriah pada 2015 di pihak rezim Presiden Bashar al-Assad.
Negara Tumur Tengah itu ini ah terperosok dalam konflik yang ditandai dengan pertempuran perkotaan selama lebih dari satu dekade.
Seorang pejabat mengatakan kepada Journal bahwa beberapa pejuang Suriah sudah berada di Rusia bersiap untuk bergabung dalam pertempuran di Ukraina.
Namun dia tidak merinci berapa banyak pejuang yang telah direkrut.
Sebelum Suriah terlibat, pasukan Suriah telah dibantu oleh sekutunya yakni Chechnya.
Pemimpin kuat Chechnya Ramzan Kadyrov -- mantan pemberontak yang berubah menjadi sekutu Kremlin -- telah membagikan video para pejuang Chechnya bergabung dalam serangan di Ukraina dan mengatakan beberapa telah tewas dalam pertempuran itu.
Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina 'Gangu' Pemulihan Ekonomi, APBN Harus Diselamatkan
Di sisi Ukraina, Luar Negeri Dmytro Kuleba mengklaim sekitar 20.000 sukarelawan asing telah melakukan perjalanan ke negara itu untuk bergabung dengan pasukan Kyiv.
Ibu kota dan kota terbesar kedua Kharkiv masih dipegang oleh pemerintah Ukraina, sementara Rusia telah merebut kota pelabuhan Kherson dan meningkatkan serangannya ke pusat-pusat kota di seluruh negeri.
Serangan Rusia sendiri telah masuk hari ke 13. Sepanjang itu, lebih dari 1,5 juta orang melarikan diri dari negara itu.
PBB menyebut kondisi itu sebagai krisis pengungsi yang tumbuh paling cepat di Eropa sejak Perang Dunia II.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar