Kominfo Siapkan Mitigasi Lewat Hot Backup Satellite untuk Perkuat Internet untuk Layanan Publik
Pemerintah terus berupaya mempercepat pembangunan infrastruktur digital di Indonesia. Melalui Proyek Satelit Republik Indonesia (SATRIA) 1, Kementerian Komunikasi dan Informatika memperkuat dan memperluas akses internet untuk layanan publik di seluruh Indonesia.
Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Kominfo melakukan penyediaan Hot Backup Satellite (HBS) untuk mitigasi risiko Satelit SATRIA-1 yang memiliki kompleksitas dan potensi gangguan operasional tinggi.
Baca Juga: Kemenkominfo Bareng Siberkreasi Ajak Netizen Bayar Pajak dengan Aplikasi Digital
"SATRIA-1 menggunakan teknologi High-Throughput Satellite (HTS) yang baru, rumit, dan kompleks sehingga risiko kemungkinan munculnya masalah dalam pembangunan maupun operasional cukup tinggi. Sehubungan dengan hal itu, untuk memitigasi segala risiko SATRA-1, BAKTI Kominfo berencana untuk menyediakan HBS," jelas Direktur Utama BAKTI Kementerian Kominfo Anang Latief dalam Konferensi Pers Penunjukan Pemenang Proyek Hot Backup Satellite yang berlangsung secara virtual dari Media Center Kominfo, Jakarta Pusat, Jumat (11/03/2022).
Dirut Anang Latief menyatakan, pemerintah terus berupaya menghadirkan infrastruktur TIK di seluruh lini agar masyarakat dapat mengambil bagian dalam akselerasi transformasi digital nasional.
"Saat ini percepatan pembangunan infrastruktur digital menjadi fondasi utama untuk menghadirkan layanan digital dan mendukung transformasi digital sesuai program yang dicanangkan pemerintah. Di tahun ini, kita tentu berharap seluruh desa dan kelurahan di Indonesia sudah di-cover oleh Base Tranceiver Station (BTS)," ungkapnya.
Dirut BAKTI Kementerian Kominfo menyatakan telah menandatangani Perjanjian Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) untuk penyediaan SATRIA-1 pada tahun 2019 yang lalu. Keberadaan satelit multifungsi itu ditujukan untuk mempercepat pemerataan infrastruktur digital terutama di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) serta perbatasan.
"Pemerintah menggunakan serat optik untuk meningkatkan konektivitas digital hingga kebijakan meluncurkan HTS SATRIA-1. Satelit multifungsi itu digunakan untuk melengkapi jaringan kabel serat optik yang sudah terbangun," jelasnya.
Menurutnya, SATRIA-1 direncanakan akan memiliki kapasitas sebesar 150 Gbps. "Untuk memberikan layanan internet di 150.000 titik lokasi layanan publik yang terdiri atas sarana pendidikan, pemerintah daerah, administrasi pertahanan keamanan, dan fasilitas kesehatan di seluruh wilayah Indonesia yang masih kekurangan konektivitas digitial," tuturnya.
Selain memiliki fungsi utama sebagai cadangan bagi SATRIA-1, Dirut BAKTI Kementerian Kominfo menyatakan, penyediaan HBS bertujuan untuk menambah kecepatan internet sekaligus meningkatkan user experience pengguna layanan akses internet untuk dukungan layanan publik.
"Proyek penyediaan HBS ini nantinya akan memiliki kapasitas 80 Gbps yang menggunakan teknologi HTS dengan frekuensi Ka-Band," tandasnya.
Dia berharap, keberadaan Proyek HBS dapat memberikan manfaat untuk peningkatan kualitas layanan publik di instansi Pemerintah. Menurutnya, potensi penerima manfaat Proyek HBS, pertama akan digunakan instansi di lingkungan Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Pendidikan Tinggi di daerah 3T.
"Untuk mendukung penyediaan layanan internet cepat di 93.400 titik sekolah SD, SMP, SMA, SMK, madrasah, dan pesantren. Bukan hanya untuk pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), tetapi juga untuk proses belajar mengajar sejak awal," jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Puri Mei Setyaningrum