Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tekan Backlog Perumahan, Kementerian PUPR Ajak Pengembang Garap Pasar Milenial

Tekan Backlog Perumahan, Kementerian PUPR Ajak Pengembang Garap Pasar Milenial Staf Khusus Menteri Bidang Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Iskandar Saleh. | Kredit Foto: Djati Waluyo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah melalui Kementerian PUPR menilai sektor properti yang didukung dengan konsumen milenial akan semakin tumbuh positif di tahun ini. Untuk itu, Kementerian PUPR mengajak para pengembang dan  stakeholder sektor properti untuk bahu membahu memenuhi permintaan hunian guna mengurangi backlog perumahan di Indonesia.

Staf Khusus Menteri Bidang Perumahan Kementerian PUPR Iskandar Saleh mengatakan, dalam RPJMN 2020-2024, pemerintah menargetkan pengurangan backlog dari semula 11 juta unit menjadi 6,7 juta unit.

Untuk tahun ini, sasaran itu dijabarkan dalam sejumlah program diantaranya program FLPP 200 ribu unit, SBUM 200 ribu unit, BP2PT 312 unit, program BP Tapera 100 ribu unit, dan program dari SMF 10 ribu unit.

"Besaran tersebut menjadi tantangan sekaligus peluang kita bersama, untuk itu kami mngajak para pemangku kepentingan, para stakeholder sektor perumahan untuk bahu membahu saling asah, asih, asuh mencapai target yang ditetapkan pemerintah," ujarnya dalam webinar Warta Ekonomi yang bertajuk Properti Sebagai Lokomotif PEN: Memaksimalkan Potensi Hunian Milenial dan MBR sebagai Andalan Sektor Properti di Jakarta, belum lama ini. Baca Juga: BP Tapera Buka Kemungkinan Lakukan Pembiayaan Perumahan untuk Pekerja Informal

Lebih lanjut, Dia optimis sektor properti akan tetap tumbuh positif tahun ini dan hunian bagi generasi milenial berpotensi besar mendorong pertumbuhan sektor ini lebih tinggi lagi.

Berdasarkan survei Property Outlook 2022 yang dilakukan Knight Frank Indonesia, menggambarkan 63% responden yang menyatakan optimis bahwa kondisi perekonomian nasional akan membaik pada 2022, demikian juga sektor properti yang diprediksi akan tumbuh lebih positif.

Kemudian terdapat beberapa tren peluang yang akan mewarnai adaptasi strategi bisnis di sektor properti tahun depan: Hal ini diantaranya adalah ekspansi data center, transformasi digital, sektor kreatif dan inovasi, logistik dan fulfillment center, preferensi rumah tapak yang masih menjadi favorit, dan dukungan sistem pembayaran properti

"Persepsi dan sentimen pasar berdasarkan hasil survey menunjukan masih tingginya performa sektor tersebut, terutama residensial subsektor hunian tapak," tukasnya.

"Penting dicatat, Indonesia akan mengalami bonus demografi yang terjadi pada saat jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia nonproduktif pada tahun 2030. pada saat tersebut generasi milenial dalam jumlah yang dominan dan menggantikan generasi X," tambahnya.

Apalagi katanya, pemberian stimulus di sektor properti di tahun ini terus berlanjut seperti bantuan pembiayaan perumahan, perpanjangan fasilitas PPN DTP (diskon pajak), penetapan suku bunga acuan BI yang rendah, relaksasi LTV/ FTV (DP 0 Persen), relaksasi ATR sektor properti menjadi 20-35%, dan pemberian masa transisi penerbitan Persetujuan Pembangunan Gedung (PPG) bagi Pemda yang belum memiliki perda tentang PPG.

Dalam diskusi yang sama, Deputi Komisioner Bidang Hukum dan Administrasi BP Tapera Nostra Tarigan meyakinan sektor properti dapat menjadi lokomotif Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), pasalnya setiap aktivitas properti akan berdampak/ berpengaruh pada 174 sektor lainnya. Baca Juga: Optimalkan Penggunaan Dana PMN, SMF Dorong Peningkatan Serapan KPR Subsidi untuk MBR

Kemudian tenaga kerja yang terlibat di sektor properti dapat menyerap 30 juta tenaga kerja. Lalu setiap tambahan Rp1 yang dikeluarkan untuk sektor properti akan menciptakan output ekonomi sebesar Rp1,91. Dan setiap tambahan Rp1 pendapatan pekerja di sektor perumahan akan menciptakan tambahan pendapatan nasional sebesar Rp2.

"Jadi kalau dari dana FLPP yang kami kelola sebesar Rp23 triliun tahun ini maka kalau kita pakai asumsi ini bisa menciptakan tambahan pendapatan nasional Rp46 triliun. Belum lagi nanti kalau ditambah dana tapera yang dimanfaatkan untuk pembiayaan perumahan sebesar Rp2,9 triliun. jadi kita semua sepakat bahwa bagaimana daya ungkit, multiflyer effect properti sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional," jelasnya.

Sementara itu, Direktur Sekuritisasi & Pembiayaan Sarana Multigriya Finansial (SMF) Heliantopo menuturkan, sektor properti adalah salah satu sektor yang tetap tumbuh di masa pandemi. 

"Jadi hal ini membuktikan kebutuhan perumahan adalah basic need jadi apapun kondisinya karena ini kebutuhan dasar maka akan berusahan dipenuhi," ucapnya.

Untuk itu ada beberapa inisiatif yang telah dan akan dilakukan SMF untuk memenuhi kebutuhan perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan Milenial. Inisiatif itu diantaranya adalah pembiayaan homestay dan peningkatan kualitas rumah di daerah kumuh.

"Lalu implementasi pembiayaan mikro bekerja sama dengan PNM sebagai bentuk dukungan terhadap penguatan ekonomi sektor informal. Penjajakan pembiayaan KPR/KPA dan KPR Indent yang salah satunya menargetkan pasar mileniail, serta kredit konstruksi kepada developer sebagai bentuk Implementasi perluasan mandat Perseroan. Dan kegiatan sekuritisasi yang didukung dengan penyaluran pembiayaan agar bank penyalur KPR dapat menyalurkan KPR nya dengan bunga yang lebih rendah," pungkasnya.

Lebih lanjut, Director of Business Development & HCM PT PP Properti Tbk. Fajar Saiful Bahri menyampaikan, untuk memenuhi kebutuhan hunian milenial, secara konsep pihaknya membuat konsep interior yang instagramable, tropical housing, student appartment, rooftop futsal, rooftop swimming pool, stay connected (smarthome). Baca Juga: PP Properti Incar Dana Rp5 Triliun dari Penjualan Aset Properti, Buat Bayar Utang!

"PPPro juga menjangkau beberapa segmen dari middle low sampai middle up. Untuk middle low kita ada Rusunami dan landed house untuk milenial. Bahkan sandwitch generation juga kita akomodir," sebutnya.

Di sisi lain, Direktur Paramount Land M.  Nawawi mengatakan, pihaknya menyiapkan Paramount Petals, sebuah kota mandiri yang dikembangkan untuk merespon pasar milenial yang akrab dengan digital.

"Kami mencatat dari 500 unit penjualan Paramount Petals terdapat 62% real pembelinya usianya milenial. Kemudian terkait perbankan, ternyata cara bayarnya 70% KPR," paparnya.

Menurut Nawawi, Ada beberapa yang diinginkan milenial dalam membeli rumah. Pertama, lokasi tidak harus di tengah kota yang penting ada aksesibilitas dan terjangkau. Kedua, karakteristik milenial senang konsep terbuka. Ketiga, rumah yang cerdas dan lingkungan yang cerdas, fasilitas hospital, sekolah TK, SD itu sangat penting. "Ini menjadi catatan betapa pentingnya fasilitas bagi milenial karena mereka memiliki anak yang masih kecil-kecil," tambahnya.

Senada, Wakil Direktur Utama Perum Perumnas Oni Febriarto Rahardjo mengungkapkan, milenial memang menjadi target Perumnas. Pasalnya bila melihat potensial buyer, ada 81 juta milenial yang belum memiliki rumah di tahun 2019.

"(Terkait harga) dari sisi milenial, dia affordable di angka Rp200 juta sampai Rp400 juta. Di kami 50% itu milenial. jadi yang bisa mendorong sektor properti ini memang milenial," tukasnya.

Tak ketinggalan Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida menyampaikan, kontribusi sektor properti untuk pembagunan nasional sangatlah besar. "Kita itu terhadap PDB sebagaimana disampaikan pak Presiden Joko Widodo di rakernas REI adalah 13,6% terhadap PDB," pungkasnya.

Dengan demikian, rasanya tepat bila sektor properti dijadikan lokomotif oleh pemerintah untuk Pemulihan Ekonomi Nasional.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: