Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tanggapi Kisruh Pemecatan dokter Terawan oleh IDI, Suara Menkes Menggelegar Singgung Adu Domba!

Tanggapi Kisruh Pemecatan dokter Terawan oleh IDI, Suara Menkes Menggelegar Singgung Adu Domba! Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan, salah satu kelemahan bangsa Indonesia adalah mudah diadu domba. Hal ini disampaikan Budi dalam konferensi pers terkait pemecatan eks Menkes dokter Terawan Agus Putranto dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Budi mengatakan, Indonesia adalah negara yang besar dengan 270 juta penduduk. Namun begitu, bangsa ini pernah dijajah selama ratusan tahun oleh negara Belanda yang berpenduduk 17 juta orang saja. Menurut dia, secara militer hal itu mustahil terjadi karena besarnya jumlah penduduk kita.

Penjajahan itu nyatanya terjadi karena bangsa Indonesia gampang diadu domba. "Kalau kita belajar dari sejarah, salah satu kelemahan bangsa kita adalah kita mudah diadu domba, mudah disulut, mudah emosi," kata Budi dalam konferensi pers daring, Senin (28/3/2022).

Baca Juga: Ditendang dari IDI, dokter Terawan Beri Respons Mengejutkan: Sampai Hari Ini Saya Masih...

Lantaran mudah diadu domba, lanjut Budi, bangsa Indonesia akhirnya lupa bahwa kita sebenarnya hidup bersama sebagai saudara. Jika kebersamaan itu dirajut maka akan menjadi modal sosial yang amat luar biasa.

"Contohnya bagaimana kita bisa bekerja bersama-sama mengatasi pandemi. Indonesia adalah salah satu negara yang paling berhasil menangani pandemi ini," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Budi juga menyatakan akan membantu proses mediasi antara Terawan dan Pengurus IDI. "Kementerian Kesehatan akan memulai dan membantu proses mediasi antara IDI dan anggota-anggotanya agar komunikasinya baik sehingga situasi yang terbangun akan kondusif," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: