Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga BBM Naik, Mari Mengenang Momen Megawati dan Anak Buahnya 'Nangis Darah' Gegara Hal yang Sama

Harga BBM Naik, Mari Mengenang Momen Megawati dan Anak Buahnya 'Nangis Darah' Gegara Hal yang Sama Kredit Foto: Antara/Fikri Yusuf
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kenaikan harga bahan pokok kerap terjadi setiap tahun, terutama jelang hari raya. Kali ini, drama minyak goreng naik dan harga BBM Pertamax naik lantas dikaitkan dengan reaksi dua politisi besar Megawati dan Puan Maharani. Dua politisi  PDIP ini dulu sempat menyita perhatian karena meanngis saat mantan Presiden SBY menaikkan harga BBM.

Saat itu SBY berencana menaikkan harga BBM. Kebijakan tersebut disambut oleh sejumlah elit PDI Perjuangan dengan isak tangis.

Salah satunya dari Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Sukarnoputri. Air matanya seakan tak terbendung menghadapi kenyataan tersebut, saat memberikan sambutan di Rakernas PDI Perjuangan di Makassar, Sulawesi Selatan, pada Selasa (27/5/2008).

Saat itu mantan presiden ini menyatakan teriris hatinya melihat kemiskinan di Indonesia, yang salah satunya disebabkan karena naiknya harga BBM.

“Banyak rakyat lapar karena tingginya angka kemiskinan, tidak mendapatkan pendidikan yang bagus, tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik," ujar Megawati dengan suara parau karena menahan tangis.

Baca Juga: Surtawijaya Teriak-teriak Jokowi 3 Priode, Eh Langsung Kena "Jebret" Ketua APDESI yang Sah, Simak!

Saat itu Megawati telah mantap mencalonkan diri sebagai calon presiden di pilpres 2009. Dan dalam pidatonya itu, ia terlihat beberapa kali mengusapkan air mata karena sedih.

"Saya sedih melihat rakyat banyak yang menderita, padahal kita punya banyak kekayaan alam, namun angka kemiskinan tinggi," tambah Mega.

Tak hanya Megawati, sang putri, Puan Maharani juga pernah menitikkan air mata ketika merespon rencana Presiden SBY menaikkan harga BBM pada 2008 silam.

Saat itu Puan Maharani tercatat sebagai anggota DPR RI dari Fraksi PSI Perjuangan. Ia menangis dalam siding paripurna DPR, ketika memprotes kenaikan harga BBM.

Sejumlah politisi PDI Perjungan di DPR RI saat itu juga terlihat ikut menangis. Diantaranya adalah Rieke Diah Pitaloka dan Ribka Tjiptaning. Air mata mereka tumpah ketika meninggalkan ruang sidang.

Dan kini di era pemerintahan Presiden Joko Widodo, yang juga berasal dari PDI Perjuangan, harga BBM diperkirakan juga akan naik.

Terkait hal tersebut, sejumlah netizen mencoba membuka “kenangan lama” tangis politisi PDI Perjuangan ketika harga BBM hendak dinaikkan dulu.

Salah satunya yang diunggah akun twitter @bintang5576 pada Rabu (30/3/2022). Di akunnya itu ia me-retweet postingan @ekowboy2 yang mengunggah tangkapan layar sebuah media online, mengenai DPR RI yang menyetujui naiknya harga BB

“Mega, Puan, Hasto Gak ada rencana pengen nangis bareng??” tulis akun @bintang5576 dalam postingannya tersebut.

Unggahan tersebut jelas merupakan sindiran kepada elit PDI Perjuangan yang pernah menitikkan air mata ssat SBY hendak menaikkan harga BBM.

Momen tersebut ternyata membekas dalam ingatan para netizen. Beragam sindiran dan sentilan netizen terkait hal tersebut juga ramai di jagad twitter.

“Kabar DPR Setujui Harga Pertamax Naik Bikin Heboh, Netizen Sindir Pedas Puan Maharani: Kok Ga Nangis Lagi Kek Waktu Masa SBY Naikin 200 Perak?,” cuit akun @BentengSumbar.

Baca Juga: Wacana Duet Anies Baswedan dan Puan Maharani Mencuat, Orang PDIP Blak-blakan: Monggo Aja Lah!

“Harga minyak Pertamax mulai 1 April naik dari harga Rp.9000 menjadi rp.16.000. naik 100 persen gak pakai mikir DPR langsung menyetujui. Hebat.  Dulu ada yg protes Sampai nangis karna BBM naik ratusan perak. Mba puan ingat gak?” tambah akun @Dedy_psh

“Mungkin masih banyak yg ingat ketika pk sby menaikan bbm & puan maharani mewek nangis" sekarang apa kabar buk @puan-maharani katanya pembela wong cilik,” timpal akun @Ayah_f4hr1.

Damayanti Kahyangan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: