Agresi Militer Setop Bisnis, Bank Dunia Sampaikan Pesan Pedih Soal Ekonomi Ukraina
Bank Dunia mengatakan, produk domestik bruto (PDB) Ukraina kemungkinan akan berkontraksi sebesar 45,1 persen tahun ini. Agresi militer Rusia ke negara tersebut telah menyetop aktivitas bisnis dan usaha.
Menurut laporan terbaru Bank Dunia yang dirilis Minggu (10/4/2022), pertempuran di Ukraina telah menyebabkan sekitar separuh bisnis di negara tersebut tutup. Penutupan pengiriman Laut Hitam dari Ukraina telah memotong sekitar 90 persen ekspor biji-bijian negara itu dan setengah dari total ekspornya.
Baca Juga: Disanksi Besar-besaran, Ekonom Bank Dunia: Rusia Nyaris Gagal Bayar Utang hingga USD40 Miliar
Bank Dunia mengungkapkan, perang telah membuat kegiatan ekonomi tidak mungkin dilakukan di sebagian besar wilayah Ukraina. Hal itu pun mengganggu operasi penanaman dan panen pertanian.
Bank Dunia menyebut, angka kontraksi sebesar 45,1 persen belum termasuk dampak penghancuran infrastruktur fisik di Ukraina. Pada awal Maret, nilai kerusakan infrastruktur melebihi 100 miliar dolar AS. Angka itu sekitar dua pertiga dari PDB Ukraina pada 2019.
Bank Dunia menjelaskan besarnya kontraksi Ukraina 'tunduk pada tingkat ketidakpastian yang tinggi' atas durasi dan intensitas perang.
"Ukraina membutuhkan dukungan keuangan besar-besaran segera karena berjuang untuk menjaga ekonominya berjalan dan pemerintah berjalan untuk mendukung warga Ukraina yang menderita dan menghadapi situasi ekstrem," kata Wakil Presiden Bank Dunia untuk Eropa dan Asia Tengah Anna Bjerde.
Bank Dunia telah mengumpulkan sekitar 923 juta dolar AS dalam bentuk pinjaman dan hibah untuk Ukraina. Ia pun sedang mempersiapkan paket dukungan lebih dari 2 miliar dolar AS.
Bantuan tersebut telah menopang pengeluaran Ukraina, terutama untuk membayar gaji para pekerja esensial dan melakukan pembayaran pensiun serta utang negara. Kendati demikian saat ini pendapatan pajak Ukraina berkurang drastis.
Bank Dunia, dalam laporan terbarunya, turut memperkirakan output PDB Rusia pada 2022 turun sebesar 11,2 persen. Hal itu karena sanksi keuangan yang dijatuhkan Barat kepadanya.
Menurut Bank Dunia, kawasan Eropa Timur, yang terdiri dari Ukraina, Belarusia, dan Moldova, diperkirakan menunjukkan kontraksi PDB sebesar 30,7 persen tahun ini. Hal itu akibat adanya guncangan peran dan gangguan perdagangan.
Pertumbuhan pada 2022 di kawasan Eropa Tengah, yang terdiri dari Bulgaria, Kroasia, Hongaria, Polandia dan Rumania, akan anjlok dari 4,7 persen tahun lalu menjadi 3,5 persen.
Faktor penyebabnya antara lain arus masuk pengungsi Ukraina, melambungnya harga komoditas, dan kepercayaan yang memburuk sehingga mengurangi permintaan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: