Tahun 2022 diproyeksikan menjadi tahun percepatan pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia. Sejumlah pemangku kepentingan dan regulator telah menyiapkan strategi agar ekonomi syariah menjadi salah satu penunjang pertumbuhan dan pemulihan ekonomi nasional dari dampak pandemi Covid-19.
Bank Indonesia (BI) sebagai regulator pun menilai bahwa upaya pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia masih jauh dari kata maksimal. Karenanya, BI mendukung penuh rencana Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) untuk mendorong Indonesia tampil menjadi pusat produsen produk halal dunia pada tahun 2024 mendatang.
Berdasarkan laporan Indonesia Halal Markets Reports 2021/2022, dengan mendorong pertumbuhan ekspor produk halal, Foreign Direct Investment (FDI) dan substitusi impor, Indonesia berpotensi meningkatkan PDB nasional sebesar 5,1 miliar dolar AS per tahun. Hal ini menunjukan bahwa kapabilitas dan kapasitas Indonesia dalam menggarap pasar halal sangatlah besar.
"Dari dulu potensi terus. Nah tugas kita adalah bagaimana potensi ini tidak hanya berhenti pada potensi, melainkan bisa benar-benar diwujudkan di dunia nyata. Salah satunya adalah dengan kita berupaya menjadi pusat produsen halal dunia," ujar Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI Prijono, dalam Talkshow bertema 'Peluang dan Tantangan Ekonomi Syariah Untuk Mewujudkan Indonesia Sebagai Pusat Produsen Halal Terkemuka Dunia' di Jakarta, Kamis (14/4/2022). Baca Juga: Kemenparekraf: Indonesia Menjadi Pasar Konsumen Halal Terbesar Dunia
Untuk itu, lanjut dia, BI sangat berkepentingan untuk turut mengambil peran dalam menggerakkan ekosistem ekonomi syariah nasional agar dapat membangun industri produk halal yang memadai dan berkualitas di Indonesia. Hal tersebut tak terlepas dari tugas dan fungsi utama Bank Indonesia dalam mencapai serta memelihara stabilitas nilai tukar rupiah.
"Kita tahu bahwa meski penduduk kita mayoritas muslim, tapi kalau kita melihat produk-produk halal yang ada di pasaran, mayoritas masih produk impor. Andai kondisi ini kita bisa switch, barang-barang ini bisa kita produksi sendiri, artinya kita bisa menahan sekian miliar, sekian triliun uang kita agar tidak terbang ke negara lain dalam bentuk transaksi impor. Dengan begitu, dampaknya terhadap nilai tukar juga sudah sangat besar," tutur Prijono.
Seiring dengan meningkatnya potensi konsumsi produk halal dunia, Indonesia perlu bergerak cepat dalam memanfaatkan peluang pasar tersebut, dengan mengoptimalkan potensi industri produk halal di dalam negeri. Untuk itu, Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) pun berencana akan segera meluncurkan Masterplan Industri Halal pada tahun 2022. Hal ini dilakukan sebagai langkah strategis dalam mempercepat pembangunan industri produk halal di Indonesia.
Direktur Industri Produk Halal KNEKS Afdhal Aliasar mengungkapkan, saat ini industri halal sudah menjadi komitmen pemerintah dan memiliki potensi untuk menggerakkan perekonomian.
"KNEKS saat ini tengah membuat Masterplan Industri Halal Indonesia. Kita bekerja sama dengan BI dan OJK, Kemenperin, Bappenas, dan stakeholder lain untuk melihat mau dibawa kemana industri halal kita? InsyaAllah tahun ini kita launching," jelas Afdhal dalam diskusi yang sama.
Afdhal mengatakan, bahwa saat ini kue industri halal global nilainya sangat besar, mencapai US$2 triliun per tahunnya. Ia menilai Indonesia sebagai salah satu pemain industri syariah harus mampu mengambil market share pasar yang ada baik dari korporasi maupun UMKM. Untuk itu, KNEKS tengah mengkaji Masterplan Industri Halal untuk merancang sinergi yang jelas, antar institusi. Baca Juga: Percepat Laju Keuangan Syariah di Indonesia, ALAMI Group dan KNEKS Tandatangani MoU
Sementara itu, BSI sebagai bank syariah terbesar di Indonesia juga mengaku terus mendukung potensi industri halal demi majunya perekonomian syariah di Indonesia. Direktur Sales and Distribution BSI Anton Sukarna, menilai bahwa saat ini masih terdapat sumber-sumber perekonomian syariah yang belum dimanfaatkan dan dimaksimalkan. Untuk itu, BSI tengah mengincar ekosistem islam untuk mendorong kinerja perbankan.
"BSI sekarang mulai masuk ke islamic ecosystem yang menurut kita potensinya cukup besar. Mengapa? Pertama ada bisnis disitu, kedua ada kumpulan orang disitu. Kita bisa mengembangkan transaksinya," jelas Anton.
Saat ini, kata dia, ada beberapa potensi ekosistem islam dalam jumlah besar yang bisa di sasar untuk meningkatkan penyaluran pembiayaannya. Misalnya, ada 267 ribu masjid menurut data Kementerian Agama dan 164 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Ada pula lembaga pendidikan, sepeti sekolah islam yang berjumlah 47 ribu dan pondok pesantren sebanyak 27 ribu. Kemudian, para Jemaah Haji yang dalam keadaan normal bisa mencapai 250 ribu dan Jemaah Umroh yang kira-kira mencapai 1,5 juta.
"Kita juga sedang membangun hubungan dengan Baznas untuk membangun ekosistem zakat sodaqoh lebih kuat," ujar Anton.
Selain itu, sebagai bentuk apresiasi kepada pemerintah provinsi (pemprov) yang berhasil mengembangkan potensi ekonomi syariah di daerahnya, Komite Nasional Ekonomi Keuangan Syariah (KNEKS) pun menginisiasi pemberian Anugerah Adinata Syariah 2022.
Untuk Anugerah Adinata Syariah 2022, ada 7 (tujuh) kategori yang dilakukan penilaian, yakni kategori keuangan syariah, industri halal, keuangan sosial syariah, keuangan mikro syariah, pendidikan ekonomi syariah, pemberdayaan ekonomi pesantren, serta sektor ekonomi hijau dan berkelanjutan.
Ada 9 (Sembilan) pemprov yang dinobatkan sebagai pemenang di tujuh kategori tersebut. Mereka diantaranya:
- Pemprov Nanggroe Aceh Darussalam
- Pemprov Jabar
- Pemprov Riau
- Pemprov Jateng
- Pemprov DKI Jakarta
- Pemprov Jatim
- Pemprov Sumbar
- Pemprov Sumsel
- Pemprov DIY
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman