Ukraina Serukan Pasukannya Berjuang Lawan Rusia sampai Titik Darah Penghabisan
Ukraina bertekad akan terus berjuang untuk mempertahankan Mariupol dari pasukan Rusia hingga titik darah penghabisan, menurut Perdana Menteri Denys Shmyhal.
Dilansir dari BBC, Rusia memfokuskan serangannya di Ukraiana timur dalam beberapa pekan terakhir. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pun bertekad tak akan menyerahkan wilayah mana pun di wilayah Donbas timur.
Baca Juga: Pejuang Suriah Siap Bergabung dengan Perang Ukraina, Putin Langsung Kirim Pujian
Sementara itu, dalam sebuah wawancara dengan jaringan Amerika Serikat (AS) ABC, Shmyhal mengakui ada ultimatum Rusia kepada para pejuang Ukraina yang tersisa untuk menyerah.
Rusia memberikan tenggat waktu bagi pasukan Ukraina di Mariupol agar menyerah pada Minggu (17/4) sebelum fajar. Namun, ultimatum itu telah diabaikan.
"Mariupol masih belum jatuh. Masih ada pasukan militer kami, prajurit kami, yang akan berjuang hingga akhir. Untuk saat ini, mereka masih di Mariupol," ungkap Shmyhal.
Di sisi lain, militer Rusia mengaku telah menguasai hampir seluruh Mariupol, sementara Batalyon Azov Ukraina masih bertahan di Azovstal, sebuah pabrik baja besar yang menghadap ke Laut Azov.
Mariupol dianggap sebagai 'hadiah' strategis bagi Rusia. Pasalnya, jika berhasil direbut, Rusia akan mendapat petak wilayah yang menghubungkan Krimea dengan wilayah dikuasai oleh separatis pro-Rusia di Timur.
Serangan pun masih berlangsung di kota lainnya di Ukraina. Menurut otoritas Ukraina, 5 orang tewas setelah Rusia membombardir Kharkiv. Dua lainnya juga tewas di kota Zolote. Sementara itu, serangan roket terus menerus menggempur Mykolaiv di selatan, tempat para pejuang Ukraina menahan kemajuan Rusia di pelabuhan Odesa.
Ukraina juga menuntut pasukan Rusia agar membuka koridor kemanusiaan dari Mariupol untuk mengizinkan warga sipil dan tentara Ukraina yang terluka pergi. Namun, belum ada evakuasi skala besar yang dilakukan selama beberapa pekan terakhir.
Menurut badan-badan bantuan, situasi warga sipul di kota tersebut sangat mengenaskan.
Otoritas Ukraina pun membantah kemungkinan konsesi teritorial untuk Rusia. Dalam sebuah wawancara yang disiarkan oleh CNN pada Minggu (17/4), Zelensky menepis gagasan untuk membiarkan Rusia mencaplok Donbas dan sebagian Ukraina timur untuk menghentikan konflik.
"Sikap Ukraina dan rakyatnya jelas. Kami tak mengeklaim atas wilayah orang lain dan kami tak akan menyerahkan wilayah milik kami," tandasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: