Satuan pendidikan vokasi, baik sekolah menengah kejuruan (SMK), perguruan tinggi vokasi, maupun lembaga kursus dan pelatihan, telah banyak mencetak sumber daya manusia (SDM) kompeten yang siap bersaing hingga global, terlebih pascapandemi.
Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Wikan Sakarinto, salah satu bidang pendidikan vokasi yang turut meningkatkan percepatan pemulihan ekonomi Indonesia adalah bidang kemaritiman, baik formal maupun nonformal.
Baca Juga: Meriahkan Ramadan, Dharma Wanita Kemendikbudristek Gelar Acara Tadarus dan Tausiyah
"Keberhasilan pendidikan vokasi bidang kemaritiman ini dibuktikan melalui lulusan yang benar-benar menjawab dan memenuhi tantangan dunia kerja maritim level internasional," ujar Wikan dalam keterangan tertulis kepada Warta Ekonomi, Selasa (19/4).
Pasalnya, ketautsesuaian (link and match) dengan mitra (stakeholder) nasional dan luar negeri, telah makin mengarahkan kurikulum dan sistem pembelajaran pendidikan vokasi untuk menciptakan lulusan yang kompeten, terampil, unggul dan berdaya saing, serta tentunya berstandar internasional.
"Ratusan SDM lulusan kampus vokasi kemaritiman, serta ratusan hingga bahkan ribuan SDM lulusan lembaga kursus dan pelatihan vokasi kemaritiman terserap dengan cepat oleh perusahaan-perusahaan pelayaran dan perkapalan luar negeri," tutur Wikan.
Adapun contoh dari sekian banyak kampus vokasi, SMK, maupun Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) bidang kemaritiman di Indonesia, di antaranya terdapat dua institusi yang mencetak capaian-capaian yang berkelas dunia, yakni Politeknik Maritim Negeri Indonesia (Polimarin) dan LKP Overseas Training Center (OTC) Bali. Polimarin berhasil mencetak SDM maritim yang unggul sehingga memperoleh output para alumni yang berkompeten sesuai kebutuhannya.
Lebih lanjut, Wikan menjelaskan, keterlibatan DUDIKA dalam program link and match tersebut terdiri atas pertama, input di mana industri meminta kriteria dan standar SDM yang mereka inginkan; kedua, proses, yakni industri terlibat dalam membangun kurikulum serta mendidik mahasiswa sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan.
Ketiga, output, di mana industri terlibat dalam menentukan capaian pembelajaran, bahkan profil lulusan sesuai bidang keahlian dan penempatan di industri nantinya; keempat, outcome, yakni Polimarin dan DUDIKA membangun sistem yang berkelanjutan.
Terkait dengan program magang, Reederei Nord-perusahan yang bergerak di bidang pengoperasian kapal kontainer, tanker, dan barang kiriman reguler (general cargo) dari Jerman melalui PT Silo Bahari-telah merekrut lebih dari 20 mahasiswa Polimarin.
"Dalam program yang dilaksanakan selama 12 bulan ini, Reederei Nord turut memberikan fasilitas uang saku mencapai US$480 setiap bulan bagi mahasiswa," terang Wikan.
Selain itu, kata dia, mahasiswa juga selalu mendapatkan evaluasi pelaksanaan magang untuk mencapai kriteria kompetensi yang telah ditetapkan.
"Reederei Nord pun memberikan program sistem bergabung kembali (re-join) bagi mahasiswa yang mendapatkan kondite baik selama magang untuk kembali bergabung sebagai staf maupun insinyur di kapal-kapal Reederei Nord," jelasnya.
Salah satu alumni yang telah magang dan bergabung kembali (re-join) adalah Anwar Adi Prasetyo. Alumni program studi (prodi) teknika Polimarin. Pada 2021 lalu, ia kembali dipanggil untuk mengawaki salah satu armada kapal Reederei Nord berbendera Panama sebagai insinyur (engineer). Sebagai lulusan baru, Anwar diketahui mendapatkan gaji senilai US$3.358 setiap bulannya.
"Tak hanya Anwar, lima rekannya juga sudah mendapatkan jadwal untuk pemberangkatan ke kapal Reederei Nord dengan rotasi dan tujuan pelabuhan yang memungkinkan untuk proses boarding atau sign-on. Selain itu, 15 mahasiswa yang baru selesai magang di Reederei Nord juga telah mendapatkan 'tiket' untuk re-join sebagai officer atau engineer setelah wisuda di tahun 2022 ini," tutup Dirjen Wikan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ratih Widihastuti Ayu
Editor: Puri Mei Setyaningrum