Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pentolan KPK Ungkap Caranya Terbebas dari Kemiskinan

Pentolan KPK Ungkap Caranya Terbebas dari Kemiskinan Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri mengingatkan pentingnya pendidikan. Berkat pendidikan, Firli mengaku terbebas dari kemiskinan.

Firli berkisah, terlahir sebagai bungsu dari enam bersaudara yang berasal dari keluarga miskin di pelosok dusun Sumatera Selatan, dirinya sangat memahami petuah orang tua, terutama ibu, tentang pentingnya pendidikan untuk mengubah keadaan. "Khususnya kondisi ekonomi keluarga yang sangat sulit saat itu," tutur Firli Bahuri dalam keterangan tertulis, Rabu (4/5). 

Baca Juga: Firli Bahuri Tegaskan KPK Tidak Terpengaruh Desakan Opini dalam Menetapkan Seseorang jadi Tersangka

Dengan segala keterbatasan ekonomi keluarga, lanjut Firli, apalagi usai ditinggal wafat ayah, ia menguatkan tekad untuk terus sekolah setinggi-tingginya agar nasib dapat berubah, seperti pesan ibunya. "Berat dan perih memang," imbuhnya.

Kala duduk di bangku SD, eks Kabaharkam Polri itu mengaku setiap hari berjalan kaki tanpa sepatu alias nyeker menuju ke sekolahnya yang berjarak 16 kilometer. Jangankan sepatu, sandal pun dia tak punya. Firli juga tak membayar uang sekolah alias SPP dengan uang, melainkan barter dengan buah kelapa, durian, atau ikan. 

Kemudian, ketika SMA, Firli ikut kakaknya ngontrak di dekat SMA 3 Palembang. Dia masih harus susah payah untuk membayar uang sekolahnya.

"Saya ingat betul, setiap pulang sekolah bersama kakak, kami mencari ikan di rawa untuk ditukar dengan pisang serta beras ketan," ungkapnya.

Beras dan pisang tersebut dijadikan pepes ketan oleh sang kakak. Kemudian, Firli yang menjualnya ke warung-warung, serta keliling ke kampung-kampung. Dari hasil jualan pepes ketan itulah dia membayar uang sekolah.

Sementara untuk membeli peralatan dan keperluan sekolah lainnya, Firli bekerja sebagai pembantu rumah tangga, tukang cuci mobil, atau menjual spidol yang dibelinya di Pasar Cinde, lalu dijual kembali dengan sedikit keuntungan di Taman Ria Palembang.

Usia tamat SMA, Firli tidak memiliki uang untuk melanjutkan jenjang pendidikan di universitas, Tak habis akal, dia mendaftarkan diri ikut sekolah yang dibiayai negara yakni Akademi Angkatan Bersenjata (Akabri). Tiga kali mendaftar, Firli gagal diterima.

Pensiunan Jenderal Polisi bintang tiga itu kemudian memutuskan masuk sekolah calon bintara, dan lulus menjadi anggota polisi berpangkat sersan. Meski sudah bekerja, petuah ibunda tentang pentingnya pendidikan tidak pernah dilupakannya.

Karena itu, Firli memutuskan untuk kembali mengikuti tes Akabri untuk yang keempat dan kelima kalinya. Namun lagi-lagi ia gagal. Barulah pada kesempatan yang keenam, tahun 1987, ia bisa diterima sebagai calon prajurit taruna alias capratar. Perlahan tapi pasti, Firli menggapai bintang, dan akhirnya kini diberikan mandat sebagai Ketua KPK.

"Apa yang saya alami, adalah contoh nyata bahwa pendidikan menjadi begitu amat penting, mengingat pendidikan sebagai satu upaya mewujudkan tujuan negara mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan bangsa yang cerdas, maka akan membawa kesejahteraan umum bagi segenap rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, mulai Miangas hingga Pulau Rote," bebernya.

Firli mengajak semua pemuda berani untuk mengatakan pendidikan adalah yang terpenting dalam upaya mencapai cita cita.

"Selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional, mari tanamkan selalu nilai-nilai antikorupsi dalam setiap jenjang pendidikan di republik ini, agar cita-cita merdeka dari pengaruh laten korupsi, dapat segera kita raih dan wujudkan Indonesia zero kejahatan korupsi," tandas Firli. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Adrial Akbar

Bagikan Artikel: