Juru bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra menyatakan Demokrat terus membuka komunikasi politik secara aktif dengan seluruh pimpinan partai politik serta mitra berdemokrasi tanpa terkecuali. Artinya, koalisi dengan Golkar pun menjadi hal yang mungkin terjadi.
"Karena untuk mengikuti konstestasi Pilpres 2024 harus memenuhi ambang batas presiden 20%, dan itu hanya bisa dipenuhi jika berkoalisi dengan parpol lain," ujar Herzaky saat dihubungi Warta Ekonomi, Senin (9/5/2022) malam.
Terkait kemungkinan Ketua Umum PD Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bersatu dengan Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto, Herzaky menekankan calon presiden dan wakil presiden yang diusung baru akan ditentukan setelah koalisi terbentuk. Kendati pun saat ini tiap parpol memiliki jagoannya masing-masing, kata Herzaky, namun capres dan cawapres akan diputuskan belakangan berdasarkan kesepakatan bersama setelah terbentuknya koalisi.
Baca Juga: Soal Kemungkinan Koalisi dengan Golkar di Pemilu 2024, Demokrat: Peluang Selalu Ada
"Jadi, masih terlalu dini jika saat ini berbicara mengenai elektabilitas capres atau cawapres yang akan kita usung, karena koalisi saja belum terbentuk," tandasnya.
Pernyataannya ini berangkat dari komentar Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno yang memprediksi kemungkinan duet antara AHY dengan Airlangga Hartarto. Namun, Adi melihat elektabilitas keduanya hingga saat ini masih terbilang rendah.
"Belum masuk tiga besar. Tentu ini bisa menjadi kendala psikologis koalisi, karena maju pilpres tentunya untuk menang, bukan untuk coba-coba," ungkap Adi beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Begini Guyonan Politik Ketum Golkar Saat Bertemu AHY
Menanggapi hal tersebut, Herzaky berujar, "Punya elektabilitas tinggi sekarang pun belum memberikan jaminan bakal bertahan hingga tahun depan. Begitu pula sebaliknya. Situasi politik masih sangat dinamis. Dalam satu tahun ke depan, masih banyak kemungkinan yang bisa terjadi."
Jubir PD itu mengakui survei memang menjadi salah satu tolok ukur gambaran situasi pilpres, tetapi situasi yang diprotret dalam survei adalah gambaran saat ini yang sifatnya sementara.
"Bukan suatu kepastian. Masih harus terus kita dalami faktor-faktor lainnya dan cermati perkembangan ke depannya," tutup dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: