Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ketum Kainstiper Minta Jokowi Bantu Masyarakat Dunia Dari Kelaparan

Ketum Kainstiper Minta Jokowi Bantu Masyarakat Dunia Dari Kelaparan Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Keluarga Alumni Institut Pertanian (KAINSTIPER) mendukung Presiden Jokowi untuk menyelamatkan masyarakat dunia dari kelaparan dan kekurangan gizi yang berasal dari minyak makanan.

Presiden Jokowi memikul tanggung jawab besar guna memenuhi kebutuhann masyarakat dunia akan minyak sawit. Ini merupakan bagian dari tanggung jawab Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia.

Adanya persoalan antrian minyak goreng curah dibeberapa daerah, juga harus menjadi perhatian pemerintah untuk melakukan perbaikan secara holistik, tanpa meninggalkan pihak manapun, termasuk petani kelapa sawit nasional.

Pasalnya, paska larangan sementara ekspor CPO dan produk turunannya pada akhir April lalu, oleh Presiden Jokowi dan jajarannya, telah berdampak positif terhadap ketersediaan minyak goreng curah di tengah-tengah masyarakat Indonesia.

Alhasil, perayaan Hari Raya Idul Fitri di Indonesia berlangsung semarak dan meriah di seluruh Indonesia. KAINSTIPER turut berbahagia dan mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1443 H. Mohon maaf lahir dan batin kepada seluruh rakyat Indonesia.

Perhelatan akbar nasional Idul Fitri yang berlangsung lancar dan aman, telah menjadi bagian dari kecukupan pasokan minyak goreng curah di tengah-tengah masyarakat.

Pasalnya, menjelang puasa dan Idul Fitri, secara signifikan, kebutuhan masyarakat luas akan minyak goreng memang meningkat pesat. Seiring dengan tingginya permintaan pasar global akan minyak nabati, yang mengalami beberapa hambatan, sehingga permintaan pasar global meningkat terhadap minyak sawit.

Sebagai produsen terbesar minyak sawit mentah (CPO) dunia, Indonesia menjadi satu-satunya harapan konsumen global termasuk Indonesia, untuk memenuhi peningkatan kebutuhan permintaan pasarnya.

Lantaran memiliki keterbatasan pasokan CPO, akibat meningkatnya permintaan pasar global, maka secara drastis terjadi kenaikan harga jual CPO di pasar global.

Hal yang sama terjadi pula paska larangan ekspor CPO dan produk turunannya pada akhir April lalu, secara signifikan harga CPO di pasar global langsung melambung tinggi hingga US$ 1.634/ton (29/4). Lantaran larangan sementara ekspor CPO dan produk turunannya oleh Presiden Jokowi, langsung  

direspon pasar dunia, sebagai rendahnya pasokan CPO di pasar global. Perilaku pasar ini, mengacu kepada keberadaan Indonesia sebagai penyuplai terbesar akan kebutuhan pasar minyak sawit dunia, yang mencapai lebih dari 85% bersama-sama dengan Malaysia.

Kondisi terkini, pasar global masih berada dalam keadaan aman, pasalnya, banyak pengguna CPO global di negara-negara tujuan ekspor, yang sudah memperhitungkan adanya libur perdagangan di Hari Raya Idul Fitri lalu.

Sehingga, keberadaan stok kebutuhan CPO masih terbilang mencukupi. Namun, keberadaan stok CPO pasar global akan mengalami shortage (kekurangan pasokan) berkepanjangan, apabila kran ekspor CPO dan produk turunannya tidak segera dibuka kembali oleh Presiden Jokowi.

“Konsumen pasar global, akan mengalami kejadian yang sama seperti di Indonesia, beberapa waktu lalu, dimana terlihat banyak antrian demi mendapatkan minyak goreng curah,” jelas Priyanto PS.

Sebab itu, menurut Priyanto PS, keberadaan CPO dan produk turunannya, yang sudah cukup menyuplai kebutuhan masyarakat Indonesia, harus kembali diperdagangkan secara luas kepada masyarakat dunia, termasuk memenuhi permintaan pasar ekspor.

Pasalnya, sebagai produsen terbesar CPO dunia, Indonesia memiliki kewajiban untuk membantu masyarakat dunia mendapatkan kebutuhan minyak makanan, yang paling efektif dan efisien, untuk dikonsumsi yaitu minyak sawit Indonesia.

“Sesuai janji Presiden akan pemenuhan kebutuhan pasokan minyak goreng nasional yang sudah mencukupi bagi seluruh rakyat Indonesia, maka larangan sementara ekspor CPO dan produk turunannya, harus segera dicabut Presiden Jokowi. Tujuannya, supaya konsumen minyak goreng diseluruh dunia bisa mendapatkan kebutuhan hidupnya mengonsumsi minyak sawit Indonesia,"kata Priyanto PS, seraya mendorong keterlibatan Indonesia menyuplai kebutuhan konsumen dunia.

Pentingnya keberadaan CPO dan produk turunannya, supaya dapat memenuhi kebutuhan minyak makanan bagi masyarakat dunia termasuk Indonesia, juga harus menjadi prioritas utama Pemerintah Indonesia.

Sebab itu, keberadaan minyak goreng di Indonesia, harus diatur lebih ketat dengan prioritas utama akan pemenuhan pasokan minyak goreng nasional bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Pemerintah Indonesia harus memperbaiki tata kelola perdagangan minyak goreng nasional, dimana jejaring logistik pasar yang dibutuhkan masyarakat, harus diperbaiki dan dikelola menjadi lebih baik. Tujuannya, supaya pasokan minyak goreng bisa merata dan dapat mudah diakses masyarakat luas dengan harga terjangkau,”ujar Priyanto.

Infrastruktur logistik yang selama ini masih terbilang karut marut, dapat difasilitasi Pemerintah Indonesia, melalui jaringan logistik Bulog dan BUMN, untuk menjamin adanya pasokan minyak goreng curah, hingga sampai kemasyarakat yang membutuhkan.

Sebab itu, keterlibatan perusahaan perkebunan milik pemerintah (PT Perkebunan Nasional) yang mengelola perkebunan kelapa sawit milik negara, harus berfungsi menyediakan pasokan utama kebutuhan CPO nasional.

“Jika infrastruktur logistik minyak sawit nasional diperbaiki, dari hulu dapat menyediakan pasokan CPO hingga hilir menghasilkan minyak goreng curah, maka kebutuhan minyak goreng nasional secara langsung dapat terpenuhi,” jelas Priyanto, lebih lanjut,”Pemerintah harus segera membangun industri minyak sawit yang terintegrasi, dari hulu hingga hilirnya”.

Dengan memiliki industri sawit yang terintegrasi, maka Pemerintah Indonesia dapat mengelola kebutuhan domestik dengan lebih baik.

Lantaran, apabila ada kekurangan pasokan domestik, maka pemerintah dapat memberikan penugasan khusus kepada BUMN untuk menyediakan kebutuhan masyarakat sebagai prioritas utamanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: