LG Bangun Pabrik Baterai Listrik, PTPP Sebut KIT Batang Banyak Dilirik Investor Raksasa
Perusahaan asal Korea Selatan, LG Group melalui LG Energy Solution bakal membangun pabrik baterai listrik yang terintegrasi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang atau Grand Batang City.
Menanggapi hal tersebut, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) selaku salah satu pemilik perusahaan pengelola KIT Batang menyatakan kehadiran LG Energy Solution membuktikan bahwa KIT Batang memiliki banyak keunggulan dan potensi yang memikat para Investor Raksasa untuk menanamkan modalnya disana. Hal tersebut tentunya akan memberikan banyak dampak positif bagi perekonomian Indonesia.
Direktur Utama PTPP Novel Arsyad, mengungkapkan jika KIT Batang memang sangat diminati oleh para investor raksasa, hal tersebut terbukti dengan habisnya penjualan area lahan fase pertama dari KIT Batang seluas 450 hektar sehingga saat ini pengembangan KIT Batang memasuki fase kedua dimana pengembangan kawasan mencakup seluas 1.000 hektar.
Baca Juga: Implementasi Tahap Ke-2 Industri Baterai Listrik di KIT Batang, Ini Kata Bahlil Lahadalia!
“KIT Batang merupakan salah satu kawasan pilihan di Indonesia yang ditawarkan dapat menjadi sentra industri baru dengan harapan dapat mendatangkan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Sementara itu, PTPP sebagai anggota konsorsium yang juga berperan sebagai kontraktor nasional terbesar dan terbaik saat ini siap bersinergi dengan LG Energy Solution dalam pembangunan pabrik dengan kualitas terbaik,” ujar Novel Arsyad.
KIT Batang sendiri dikelola dan dimiliki oleh Konsorsium BUMN dan Perumda, yang terdiri dari PT Kawasan Industri Wijayakusuma (Persero), PT PP (Persero) Tbk, PT Perkebunan Nusantara IX (Persero), dan Perumda Batang. Selain menjadi salah satu perusahaan pengelola KIT Batang, PTPP juga berperan sebagai kontraktor utama dalam pembangunan beberapa proyek di Kawasan tersebut.
Adapun beberapa proyek yang telah dan tengah dikerjakan oleh PTPP di KIT Batang seperti proyek pematangan lahan, pembangunan Rumah Susun yang dimiliki oleh Kementerian PUPR, pembangunan Jalan KIT Batang Paket 1.4 yang dimiliki oleh Kementerian PUPR, pembangunan pipa transmisi gas bumi Cirebon- Semarang Tahap I Ruas Semarang-Batang yang dimiliki oleh Kementerian ESDM, dan pembangunan Pabrik Kaca Pertama di Indonesia yang dimiliki oleh KCC Glass Corporation Ltd.
KIT Batang terletak di Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah yang memiliki total luas lahan untuk dikembangkan seluas 4.300 hektar. Pembangunan KIT Batang dibagi menjadi 3 (tiga) kluster, yaitu Kluster I seluas 3.100 hektare, Kluster II seluas 800 hektare, dan Kluster III seluas 400 hektare. KIT Batang merupakan salah satu kawasan pilihan yang ditawarkan dapat menjadi sentra industri baru dimana dengan dibukanya kawasan tersebut diharapkan dapat mendatangkan para investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
“Kementerian/Lembaga telah berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah dalam membangun dan menyiapkan fase pertama seluas 450 hektar di KIT Batang dimana seluruh area tersebut telah digunakan untuk pembangunan berbagai industri, mulai dari pabrik kaca, pabrik pipa, hingga pabrik baterai listrik. PTPP optimis bahwa kehadiran berbagai industri besar di KIT Batang akan membawa dampak baik bagi masyarakat terutama penyediaan lapangan pekerjaan. Selain itu, kehadiran industri besar tersebut tentunya akan turut meningkatkan pendapatan negara sehingga berdampak terhadap perekonomian nasional,” tambah Novel Arsyad.
Baca Juga: PTPP Segera Rampungkan Proyek Pembangunan Bendungan Lolak di Sulawesi Utara
Asal tahu saja, LG Energy Solution akan menempati lahan seluas 275 hektar dimana akan menerapkan teknologi terbaru konsorsium LG. LG Energy Solution masuk ke dalam pengembangan KIT Batang Tahap Kedua untuk merealisasikan rencana investasi industri baterai listrik terintegrasi tahap kedua. Hal itu dilakukan menyusul acara groundbreaking fasilitas sel baterai senilai total USD 1,1 miliar yang dilaksanakan di Karawang, Jawa Barat pada bulan September 2021 lalu.
Proyek grand package ini akan memberikan kontribusi utama bagi industri baterai sekunder global dalam 26 tahun ke depan. Pemerintah Indonesia ingin membangun sebuah ekosistem kendaraan listrik yang besar di Indonesia mencakup produksi dari hulu sampai ke hilir. Hal tersebut dimulai dari penambangan nikel kemudian smelter hingga refinery sampai dengan pembangunan industri katoda dan prekursor kemudian masuk ke lithium baterai, EV baterai, baterai listrik hingga mobil listrik. Setelah mobil listrik masih terdapat tambahan lagi, yaitu recycle baterai listriknya sehingga hal tersebut benar-benar dijalankan dari hulu ke hilir di Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri