Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pakar Ungkap Penyebab Ekonomi Sri Lanka Jatuh dan Apa Selanjutnya?

Pakar Ungkap Penyebab Ekonomi Sri Lanka Jatuh dan Apa Selanjutnya? Petugas polisi Sri Lanka dengan senjata gas air mata berjalan di sepanjang jalan utama ketika orang-orang memprotes Presiden Gotabaya Rajapaksa di daerah perumahan setelah pemerintah memberlakukan jam malam menyusul bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa di dekat kediaman Presiden selama protes di tengah krisis ekonomi negara, di Kolombo, Sri Lanka 3 April 2022. | Kredit Foto: Reuters/Dinuka Liyanawatte
Warta Ekonomi, Kolombo -

Sri Lanka mengalami kebangkrutan ekonomi setelah Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe, yang menjabat pada Mei, menekankan ekonomi sedang menuju "titik terendah".

Para ekonom mengungkapkan mengapa perekonomian Sri Lanka sangat mengerikan. Krisis berasal dari faktor domestik seperti salah urus dan korupsi selama bertahun-tahun, tetapi juga dari masalah lain seperti utang yang tumbuh $51 miliar, dampak pandemi, serangan teror terhadap pariwisata, dan masalah lainnya.

Baca Juga: Bukan Cuma Perusahaan yang Pailit, Negara Seperti Sri Lanka Pun Alami Kebangkrutan, Rakyat Putus Asa

Associated Press melaporkan, sebagian besar kemarahan publik terfokus pada Presiden Gotabaya Rajapaksa dan saudaranya, mantan Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa. Yang terakhir mengundurkan diri setelah berminggu-minggu protes antipemerintah yang akhirnya berubah menjadi kekerasan.

Kondisinya telah memburuk selama beberapa tahun terakhir. Pada 2019, bom bunuh diri Paskah di gereja dan hotel menewaskan lebih dari 260 orang. Itu menghancurkan pariwisata, sumber utama devisa.

Pemerintah perlu meningkatkan pendapatannya karena utang luar negeri untuk proyek infrastruktur besar melonjak, tetapi Rajapaksa malah mendorong pemotongan pajak terbesar dalam sejarah Sri Lanka, yang baru-baru ini dibalikkan.

Mengapa perdana menteri mengatakan ekonomi runtuh?

Pernyataan tegas seperti itu dapat merusak kepercayaan apa pun terhadap keadaan ekonomi dan itu tidak mencerminkan perkembangan baru yang spesifik.

Wickremesinghe tampaknya menggarisbawahi tantangan yang dihadapi pemerintahnya dalam membalikkan keadaan saat mencari bantuan dari IMF dan menghadapi kritik atas kurangnya perbaikan sejak ia menjabat beberapa minggu lalu.

Dia juga menangkis kritik dari dalam negeri. Komentarnya mungkin dimaksudkan untuk mencoba membeli lebih banyak waktu dan dukungan saat dia mencoba mengembalikan ekonomi ke jalurnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: