Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Inovasi Minyak Makan Merah untuk Wujudkan Kemandirian Sawit Rakyat

Inovasi Minyak Makan Merah untuk Wujudkan Kemandirian Sawit Rakyat Kredit Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop-UKM) bersama Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan telah melaksanakan pilot plant teknologi Minyak Makan Merah yang didemokan pada 9 Juni 2022. Pengembangan SNI produk baru Minyak Makan Merah dilakukan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN), serta piloting pengembangan Minyak Makan Merah oleh koperasi di enam provinsi, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat.

"Adanya inovasi minyak makan merah ini akan mewujudkan kemandirian sawit rakyat melalui hilirisasi produksi sawit dari TBS ke CPO, dan dari CPO ke minyak makan merah oleh koperasi untuk meningkatkan nilai tambah petani sawit," kata Menkop-UKM Teten Masduki, dilansir dari laman resmi Kemenkop-UKM pada Senin (4 Juli 2022).

Baca Juga: Kemenkop-UKM Dukung Berdirinya Pabrik Pengolahan Minyak Sawit bagi Petani

Teten berharap, inisiasi ini dapat berjalan dengan baik karena tahapan diawali dengan adanya inovasi, kemudian terbangunnya kolaborasi, yang selanjutnya ada akselerasi dari berbagai pihak, sehingga dapat memberikan hasil sesuai yang diharapkan bersama.

Indonesia merupakan negara produsen terbesar minyak sawit dunia dengan total produksi minyak sawitnya mencapai 50 juta ton per tahun. Data Kementerian Pertanian mencatat bahwa dari 16,381 juta hektare kebun sawit Indonesia, 41 persen di antaranya dikuasai oleh petani sawit rakyat. Namun, hilirisasi kelapa sawit oleh rakyat tersebut belum optimal.

Diketahui, dengan total produksi sawit Indonesia menembus 50 juta ton per tahun, Indonesia menjadi negara produsen terbesar minyak sawit dunia. Namun demikian, tingkat produktivitas rata-rata per tahun baru mencapai 2,3 persen, masih rendah dibandingkan Malaysia yang sudah mencapai 6,49 persen per tahun dan Thailand sebesar 29,17 persen per tahun, dengan kualitas bibit tanaman bersertifikat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: