Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hampir Rampung, Bendungan Sadawarna di Subang Kedepankan Konsep Green Natural Recycle

Hampir Rampung, Bendungan Sadawarna di Subang Kedepankan Konsep Green Natural Recycle Kredit Foto: Kementerian PUPR
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah menyelesaikan pembangunan Bendungan Sadawarna di Kabupaten Subang, Jawa Barat yang mengedepankan konsep green natural recycle. Prinsip-prinsip infrastruktur berbasis lingkungan dan berkelanjutan diterapkan pada pembangunan Bendungan Sadawarna mulai dari tahap survei, investigasi, desain, pembebasan tanah (land acquisition), konstruksi, hingga operasi dan pemeliharaan (SIDLACOM). 

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan pembangunan infrastruktur berbasis lingkungan dan berkelanjutan sejalan dengan komitmen Pemerintah Indonesia dalam menghadapi isu lingkungan dan perubahan iklim. Pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan terus didorong guna menciptakan nilai tambah dan pembangunan berkelanjutan sehingga manfaat infrastruktur dapat dirasakan generasi mendatang. 

Baca Juga: Menteri Basuki Janjikan Bendungan Beringin Sila Rampung Akhir Tahun Ini!

"Dalam upaya meminimalkan dampak negatif pembangunan infrastruktur terhadap lingkungan harus diperhitungkan secara cermat daya dukung lingkungan serta mengoptimalkan pengembangan seluruh potensi wilayah yang tersedia seperti bagaimana memanfaatkan material lokal sehingga dapat mengurangi konsumsi karbon," kata Basuki dalam keterangannya, Selasa (12/7/2022).

Dalam pembangunan Bendungan Sadawarna, Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Air mengoptimalkan potensi fungsi bendungan dengan mengedepankan 7 konsep green natural recycle.

Pertama, selama tahap konstruksi bendungan Sadawarna memiliki laboratorium mekanika tanah dan geoteknik secara mandiri sehingga mengurangi waktu pengetesan laboratorium, karena di Indonesia hanya ada 2 (dua) laboratorium untuk pengetesan parameter timbunan yang biasa digunakan. 

Baca Juga: 9 Bendungan Ditargetkan Rampung Tahun Ini Guna Ciptakan Ketahanan Air dan Pangan

Kedua, Bendungan Sadawarna akan dioptimalkan fungsinya sebagai sumber pembangkit listrik tenaga surya (solar panel) sehingga tidak hanya memiliki manfaat ketahanan pangan, tetapi juga kemandirian energi untuk operasional bendungan yang telah selesai konstruksi, dihitung dengan asumsi maksimal luas genangan bendungan yang dapat digunakan untuk PLTS adalah 5%, dan 1 hektare dapat menghasilkan potensi listrik sebesar 1 Mega Watt (MW). Lokasi di genangan nantinya akan dikaji dan dipilih lokasinya. 

"Saat ini tengah dihitung kebutuhan solar sell-nya. Kebetulan untuk pemanfaatan saat ini sebagai suplai operasional sekitar 70 ribu Watt, tetapi ke depan tidak hanya internal namun juga eksternal," kata Kepala BBWS Citarum Kementerian PUPR Bastari. 

Ketiga, Bendungan Sadawarna akan dilengkapi embung kecil sebagai sistem pengelolaan air limpasan dengan mengadopsi konsep natural pond for water treatment.

Natural pond ini nantinya akan mencukupi kebutuhan air di lingkungan fasilitas untuk UPB bendungan dengan treatment pengelolaan air secara natural menggunakan chamber-chamber untuk menangkap air limpasan untuk disaring dan diendapkan secara biologis kemudian di dasar kolam menggunakan under gravel treatment.

Air yang di dalam kolam nantinya akan dipompa naik ke dalam tower air di ketinggian 7 meter untuk dapat disalurkan ke dalam gedung-gedung dan rumah secara gravitasi dan air limpasan akan kembali ke chamber dan kolam. 

Baca Juga: Menteri Basuki Targetkan Bendungan Jlantah di Karanganyar Rampung Tahun 2024

Keempat, pada timbunan main dam Bendungan Sadawarna akan dilengkapi geomet dan ditanam gebalan rumput untuk penanganan hilir bendungan sehingga lebih natural. Bendungan yang berada di Desa Sadawarna, Kecamatan Cibogo, Subang ini didesain memiliki tinggi bendungan 40 meter dengan panjang 933 meter dan lebar puncak 10 meter. 

Kelima, dukungan dalam mengedepankan prinsip ramah lingkungan dan berkelanjutan juga dilakukan dengan menyiapkan koridor-koridor sabuk hijau di sepanjang akses jalan lingkar yang nantinya akan dikelola oleh masyarakat sekitar dalam wadah komunitas peduli bendungan dan sebagai pengarah dari IPPU dan perizinan serta persetujuan dri BBWS Citarum Kementerian PUPR sepanjang 21,3 km untuk dapat ditanam tanaman keras produktif agar panennya dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar.

Selain itu, juga dilakukan penanaman pohon di kawasan lansekap seperti pohon baobab, abar, moringa, gayami bodhi, jengkol, kecapi, dan mangga seluruh jenis yang ada di indonesia. 

Baca Juga: Telan Dana Rp1.410 M, Bendungan Meninting Lombok Barat Rampung Tahun 2023

Jadi, fungsi sabuk hijau bukan sekadar mempercantik dari sisi estetika dan lansekap, tetapi juga menyerap karbon. Selanjutnya juga dilakukan keterpaduan pengelolaan green belt sebagai upaya konservasi sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat setempat tanpa mengganggu fungsi utama bendungan sebagai tampungan air.

Area green belt yang disiapkan seluas 93 hektare dengan penanaman pohon yang bernilai ekonomis di antaranya mangga, nangka, alpukat, matoa, petai, duku, lengkeng, sirsak dan jengkol.  

Konsep green natural recycle keenam dan ketujuh berupa pembangunan ornamen spillway dan bangunan pendukung bendungan dengan mengedepankan ornamen seni budaya lokal, seperti kujang, julang ngapak, dan rumah leuit batu curie di beberapa fasilitas pendukung bendungan di antaranya kantor pengelola, gudang material, rumah genset, rumah ibadah, area parkir, plaza, rumah dinas, gardu pandang, rumah bibit, gerbang utama, Tugu Kujang, dan dermaga. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: