Di sudut Desa Paguyangan Kabupaten Brebes, tampak puluhan rumah berjajar seperti komplek perumahan. Masing-masing rumah berdiri di atas lahan berukuran 6×14 meter, dengan warna cat berbeda pada wajah bangunannya, sehingga terkesan mewah.
Ya, bangunan itu merupakan komplek perumahan bantuan program “Tuku Lemah Oleh Omah” dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Ada sebanyak 30 kepala keluarga yang menerima bantuan tersebut, yang tergabung dalam Komunitas Paguyangan Bersemi, yang terdiri dari sopir, buruh dan pedagang.
Program “Tuku Lemah Oleh Omah” diperuntukkan bagi keluarga miskin yang belum punya rumah dan masuk dalam Data Terpadu Kesehateraan Sosial (DTKS).
Penerima hanya perlu punya tanah, dan nantinya rumah akan disubsidi Pemerintah Provinsi senilai Rp35 juta dan padat karya Rp1,8 juta. Bangunan bersistem Rumah Unggul Sistem Panel Instan (Ruspin) itu dikerjakan secara kolektif, dengan pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait.
Winarto, salah seorang penerima bantuan Ruspin menceritakan, dirinya sangat senang telah memiliki rumah, yang telah diimpikannya sejak menikah 1998 lalu. Selama ini, ia bersama istrinya tinggal di rumah orang tuanya.
“Dulu setelah saya menikah, beberapa tahun ikut orang tua. Kebetulan kakak sudah pisah. Kebetulan ada program bantuan rumah berupa Ruspin senilai Rp35 juta. Syaratnya, KTP muncul di DTKS dan belum punya rumah, terus punya tanah. Jadi bisa dibilang tuku lemah oleh omah,” ujarnya.
Pria yang akrab disapa Ato itu pun mengaku semakin bersemangat menjalani hidup setelah dapat menempati rumah sendiri. Dengan adanya bantuan tersebut, kualitas hidupnya semakin lebih baik.
“Alhamdulillah, sebelum punya rumah, kerja tidak semangat, setelah dapat rumah bantuan, pikiran bisa tenang, bisa nyari rezeki halal, rezeki ngikut. Ya, saya nikah tahun 1998 waktu krisis moneter, dan dapat bantuan rumah tahun 2021. Pekerjaan sopir, dan ini sangat membantu meningkatkan kualitas hidup,” lanjutnya.
Menariknya dari kompek perumahan bantuan tersebut, masing-masing penerima dibebaskan untuk memilih warna cat dindingnya, sehingga suasana komplek terlihat variatif. Selain itu, tidak diperbolehkan membangun pagar rumah, serta pembatas antarrumah yang berlebihan. Hal itu guna menciptakan kehidupan yang rukun dan gayeng.
“Ketentuannya, karena ini komunitas, jadi semua penerima jangan ada pagar, pembatas berlebihan. Nah, meskipun rumah bantuan tapi terlihat mewah. Untuk dalamnya (interior) bisa dieksplor, biar tamu senang, kita yang punya rumah enak,” imbuhnya.
Ato menambahkan, pembangunan Ruspin Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bersinergi dengan Pemerintah Kabupaten Brebes, untuk memenuhi fasilitas yang lain. Di antaranya pemasangan listrik, jamban, dan drainase depan komplek.
“Sistem kolaborasi, kalau provinsi bangun rumah, dan kabupaten membuatkan jamban, drainase, dan listrik,” ungkapnya.
Sementara, Ketua Komunitas Paguyangan Bersemi, Saifullah menuturkan, ada sebanyak 30 rumah bantuan untuk anggotanya yang memiliki mata pencaharian sebagai sopir, buruh dan pedagang.
“Bantuan itu terdiri dari 21 rumah di tahun 2021, dan sembilan rumah lagi di tahun 2022,” jelasnya.
Baginya, program yang diinisiasi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo itu menjadi solusi pengentasan kemiskinan di Jawa Tengah.
“Dulunya saya mengontrak, dan sekarang sudah punya rumah sendiri. Harapannya, semua warga penerima bantuan bia hidup rukun,” tandasnya.
Sebagai informasi, bantuan Ruspin telah dilakukan untuk 187 unit pada tahun lalu. Dan pada 2022, ditargetkan membangun 256 unit rumah. Program “Tuku Lemah Oleh Omah” menjadi pelengkap bantuan renovasi rumah yang sudah berlangsung sejak 2014 silam.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: