Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ngeri! Begini Dampaknya Bila Fraud Menyerang Industri Keuangan

Ngeri! Begini Dampaknya Bila Fraud Menyerang Industri Keuangan Kredit Foto: Getty Images/iStock
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perusahaan manajemen fraud global serta intelijen data, GBG mengungkapkan kasus fraud/ penipuan yang terjadi di perbankan dapat berdampak besar terhadap industri keuangan nasional dan perbankan itu sendiri.

Business Development Manager GBG Stephen Tjokro menyebut, salah satu fraud yang marak terjadi belakangan ini ialah penipuan social engineering dengan memanipulasi psikologis dari seseorang untuk tujuan mendapatkan informasi pribadi yang sifatnya rahasia.

Kondisi tersebut tentu bukan hanya merugikan nasabah namun juga untuk perbankan dan industri. Lalu apa dampaknya bagi perbakan dan industri keuangan bila terkena fraud?

“Pertama ialah dampak kerugian (akibat fraud) secara finansial, adalah bank yang mengalami kerugian ya, harus ganti dana nasabah,” kata Stephen saat Media Roundtable di Jakarta, Rabu (27/7/2022). Baca Juga: Peretasan Makin Marak, Ini Cara BSSN Tingkatkan Keamanan Siber di Indonesia

Dampak kedua ialah menurunnya kualitas kredit perbankan akibat kesalahan data atau perubahan data nasabah yang disebabkan oleh orang tidak bertanggung jawab. Sebab, dalam pengajuan kredit, bank menilai kemampuan bayar dari nasabah. Oleh karena itu, data calon penerima kredit harus sesuai dan kredibel.

“Karena apa yang diperkirakan nasabah asli datanya (mampu bayar) ternyata itu hanya modus kriminal. Jadi biasanya meningkat kredit macetnya atau NPL,” sebut Stephen.

Selanjutnya, apabila bank memiliki angka fraud tinggi, maka mereka berpotensi akan mendapatkan pinalti dari regulator. Terakhir yang paling krusial adalah fraud dapat menurunkan reputasi bank sehingga masyarakat tidak percaya lagi di lembaga keuangan tersebut.

“Faktor lain yang jadi sangat penting adalah reputasi list, jadi reputasinya (bank) di masayarakat jatuh sehingga nasabah tidak percaya lagi terhadap lembaga keuangan. Itu yang menjadi hal hal yang sangat penting dampaknya kalau tidak melakukan deteksi fraud dengan baik,” kata Stephen.

Lebih lanjut, katanya, saat ini sudah ada 14 lembaga keuangan papan atas di Indonesia yang menggunakan sistem Fraud Detection GBG. Beberapa diantaranya termasuk salah satu dari 5 bank terbesar dan 1 multifinance besar di Indonesia.

"GBG juga berencana untuk melakukan ekspansi ke berbagai institusi keuangan dan perbankan daerah," pungkasnya. Baca Juga: Kejahatan Siber Terus Meningkat, Kebutuhan Keamanan Data Mendesak

Adapun terkait keamanan dan penipuan perbankan, dua institusi negara Indonesia, yaitu OJK telah merilis Peraturan nomor 39/POJK.03/2019 mengenai penerapan Strategi Anti-Fraud (Fraud Detection Strategy) Bank Umum. Bank Indonesia pun merilis pasal-pasal yang mewajibkan adanya prosedur dan sistem pengelolaan fraud bagi penyelenggara infrastruktur sistem pembayaran sebagaimana tertuang dalam PBI nomor 23/7/PBI/2021, sehingga di tahun 2022 ini, penerapan Fraud Detection Strategy ini sudah menjadi kewajiban bagi institusi perbankan dan keuangan.

"GBG melihat secara garis besar sistem perlindungan perbankan di Indonesia sudah cukup bagus dari adanya regulasi dari pemerintah dan pihak regulator, namun, implementasi sistem penanganan fraud tersebut pada tiap bank berbeda-beda, sehingga hal ini perlu dikaji kembali bersama-sama," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: