Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sri Mulyani: Walau SSK Indonesia Masih Terjaga di Tengah Tekanan Ekonomi Global, Tetap Waspada!

Sri Mulyani: Walau SSK Indonesia Masih Terjaga di Tengah Tekanan Ekonomi Global, Tetap Waspada! Kredit Foto: Martyasari Rizky
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Indonesia berada dalam kondisi yang masih terjaga di tengah tekanan perekonomian global yang tengah meningkat, sebagai akibat dari berlanjutnya perang di Ukraina dan tekanan inflasi global, serta respons pengetatan moneter global yang agresif.

"Daya tahan atau resiliensi SSK pada kuartal 2-2022 ini menjadi pijakan bagi Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk tetap optimis, namun juga terus mewaspadai berbagai tantangan dan risiko yang sedang terjadi," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala KSSK III Tahun 2022, Senin (1/8/2022).

Baca Juga: Sri Mulyani: Jadi Bendahara Negara Tidak Boleh Gatal Hatinya

Berbagai negara termasuk Amerika Serikat (AS), ia mengatakan, telah merespons naiknya inflasi dengan mengetatkan kebijakan moneter dan lebih agresif dalam meningkatkan suku bunga. Sehingga, hal ini menyebabkan pemulihan ekonomi di AS menjadi tertahan.

"Dan ini juga meningkatkan terjadinya fenomena stagflasi, yaitu inflasi tinggi dikombinakan dengan kondisi perekonomian yang melemah," imbuhnya.

Pemulihan ekonomi di berbagai negara, termasuk AS, Eropa, Jepang, China, dan India diperkirakan akan lebih rendah dari proyeksi pemulihan ekonomi yang diterbitkan sebelumnya. Hal ini disertai juga dengan makin meningkatnya kekhawatiran terhadap kemungkinan terjadinya resesi di AS maupun juga di Eropa.

Baca Juga: Kasus Brigadir J Diambil Alih Jenderal Listyo, Irjen Ferdy Sambo Makin Panik?

Seperti diketahui, Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF) telah merevisi ke bawah proyeksi pemulihan ekonomi global untuk tahun 2022, yaitu dari 4,1 persen menjadi 2 persen oleh bank dunia, dan 3,6 persen menjadi 3,2 persen oleh IMF.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: