Tingkatkan Produktivitas Perikanan, ASHA Adopsi Teknologi Akuakultur Norwegia
Di sisi lain, representatif Norwegian Engineers and Architects AS di Indonesia, Widya Utama, mengatakan teknologi NAS untuk sektor perikanan dalam membantu Indonesia untuk menjadi role model dalam budidaya ikan yang berkualitas.
"Hal ini sejalan dengan harapan Bank Dunia agar Indonesia dapat memenuhi kebutuhan komoditas perikanan di seluruh dunia," ungkapnya.
Terkait implementasi teknologi NAS, ASHA berharap proses instalasi infrastruktur yang akan digunakan dapat rampung pada kuartal IV-2023 sehingga proses produksi dapat dilakukan pada awal 2024. Proyeksi produksi akuakultur ini ditargetkan mencapai 3.000-5.000 ton dengan kualitas premium yang akan difokuskan untuk pemenuhan permintaan pasar Eropa dan Amerika.
Widya juga menegaskan langkah ini perlu ditempuh untuk meningkatkan hasil produksi. Menurutnya, tanpa implementasi akuakultur jumlah produksi perikanan akan stagnan sehingga tidak dapat mengimbangi peningkatan permintaan pangan yang diprediksi mencapai 70% di tahun 2030 mendatang.
Di samping itu, penerapan teknologi akuakultur di Indonesia juga dapat mengatasi masalah kualitas komoditas perikanan yang kurang baik. Dalam pernyataannya, Widya menjelaskan bahwa Indonesia adalah produsen terbesar ke-4 penghasil udang vaname, sayangnya kualitasnya dinilai masih kurang baik.
Dengan adanya penerapan Recirculating Aquaculture System (RAS) di dalam kolam dengan kontrol kebersihan air yang selalu dijaga, komoditas perikanan yang dibudidayakan dapat tumbuh dengan sehat. Apabila teknologi ini berhasil diimplementasikan, Widya optimistis Indonesia dapat menjadi penghasil ikan baramundi atau asian salmon berkualitas premium.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: