Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memaparkan bahwa perubahan iklim yang terjadi memiliki dampak negatif pada laju pertumbuhan pertanian dan perikanan Indonesia. Dia mengatakan, karena perubahan iklim yang terjadi saat ini, ada potensi besar terjadinya berbagai bencana hidrometeorologi yang mengakibatkan pertanian dan perikanan makin rentan terganggu.
Pada sektor pertanian, kata Dwikorita, kegagalan panen bisa terjadi hingga hal-hal yang mengancam produktivitas lainnya. Sementara pada sektor perikanan, lanjut Dwikorita, penangkapan ikan dapat mengancam keselamatan para nelayan.
Baca Juga: BMKG Catat Dampak Buruk Fenomena Perubahan Iklim di Indonesia, Simak!
"Dikhawatirkan ancaman terhadap pertahanan pangan dapat berakibat pula pada terganggunya kedaulatan pangan," kata Dwikorita dalam sambutannya pada Rapat Koordinasi Nasional BMKG, Senin (8/8/2022).
Dwikorita juga menegaskan, ketahanan pangan petani dan nelayan mesti didukung dengan mengupayakan antisipasi dampak dari terjadinya cuaca ekstrem yang berdampak pada kegiatan petani dan nelayan. Oleh sebab itu, Dwikorita melanjutkan, pihaknya membangun Sekolah Lapang BMKG yang dikhususkan untuk sektor terkait. Dia menyebut, melalui program tersebut, pemanfaatan info BMKG bisa lebih diperkuat oleh para petani dan nelayan.
"Melalui sekolah lapang, pemanfaatan info BMKG diperkuat dan disebarluaskan agar dapat lebih dimanfaatkan oleh para petani dan nelayan serta berbagai pihak terkait dalam mendukung kegiatan pertanian dan perikanan secara lebih adaptif, produktif, dan tangguh," katanya.
Dia memaparkan, pengenalan cuaca dan iklim pada petani dan nelayan berguna untuk meningkatkan pemahaman agar dapat menyiasati metode dan waktu terkait dengan menghindari kegagalan panen dan target zona tangkap ikan di laut.
"Selain makin meningkatnya kapasitas SDM, teknologi, serta daya analitik pemodelan prakiraan dan prediksi ataupun proyeksi perubahan iklim dan dampaknya, BMKG secara terus-menerus melaksanakan sekolah lapang iklim dan sekolah lapang cuaca untuk mewujudkan dan mendukung pertanian dan perikanan digital atau pertanian dan perikanan modern," jelasnya.
Lebih lanjut, Dwikorita memaparkan bahwa sedikitnya terdapat 451 lokasi yang telah membentuk Sekolah Lapang Iklim di tingkat kabupaten/kota di 33 Provinsi Indonesia dengan 16.000 peserta.
"Capaian tersebut sejalan dengan peningkatan pemahaman para penyuluh dan petani tentang informasi iklim untuk pertanian yang berdampak pada luaran hasil produktivitas lahan, di mana Sekolah Lapang Iklim dioperasionalkan secara rata-rata berhasil meningkatkan sekitar 30% untuk komoditas pangan," katanya.
Sementara untuk Sekolah Lapang Cuaca Nelayan, katanya, menghimpun 10.118 peserta di 159 kabupaten/kota yang tersebar di seluruh Indonesia. Berdasarkan penerapan, lanjut Dwikorita, diharapkan para nelayan dapat meningkatkan keselamatan dan mengurangi risiko kecelakaan.
"Kegiatan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan ini telah dapat meningkatkan secara rata-rata hasil tangkapan ikan sekitar 20 hingga 30 persen," jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Andi Hidayat
Editor: Puri Mei Setyaningrum