Perundungan hingga Human Trafficking Rentan Dialami Anak di Dunia Maya
Kasus perundungan di dunia maya terjadi karena unggahan yang sifatnya pribadi kemudian menjadi viral dan dibagikan berkali-kali ke sosial media. Bermacam-macam komentar akan bermunculan sehingga korban perundungan biasnya menjadi depresi, mengurung diri, kehilangan kepercayaan diri, hingga keinginan untuk mengakhiri hidup.
"Perundungan paling banyak itu terjadi di sosial media 74 persen, di Facebook, Instagram, Twitter, dan sekarang TikTok. Di website, blog, kolom chat seperti WhatsApp dan telegram," kata Kabid Program & APTIKA RTIK Surabaya, Mei Sya Ardhi, saat webinar saat Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, pada Selasa (30/8/2022), dikutip dari siaran pers yang diterima di Jakarta.
Baca Juga: Ini Ciri Warganet yang Cakap Bermedia Digital
Adapun jenis hinaan yang sering dilakukan seperti menyebarkan rumor, foto, dan video yang mengundang rasa malu, pelecehan seksual dengan bahasa yang tidak senonoh, serta menggunakan isu ras, agama, dan etnis sebagai gurauan, serta penghinaan isu orientasi seksual. Sementara, kata-kata yang sering digunakan untuk perundungan di Indonesia adalah kata terkait binatang, kata terkait kebodohan, dan kata terkait kelakuan.
Selain isu perundungan, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan modus baru eksploitasi anak untuk kepentingan ekonomi, yaitu bentuk human trafficking di luar negeri. "Biasanya iming-iming gaji besar, kalau ada yang menawarkan itu pasti ada udang di balik batu," katanya lagi.
Ciri-ciri human trafficking antara lain tawaran pekerjaan menyenangkan dengan gaji tinggi, tidak jelas jenis pekerjaan dan lokasinya, terjadinya pengekangan kebebasan dan penyekapan.
Merespons perkembangan Teknologi Informasi Komputer (TIK), Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital. Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital: Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.
Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi.
Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli di bidangnya antara lain Mafindo Mojokerto, Puradian Wiryadigda; Kabid Program & APTIKA RTIK Surabaya, Mei Sya Ardhi; Pengurus Relawan TIK Surabaya; serta mengundang Key Opinion Leader (KOL) Indra Brasco. Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Makin Cakap Digital hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi atau instagram @literasidigitalkominfo.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum