Kepala Perpusnas Paparkan Transformasi Perpustakaan Digital di Forum Perpustakaan Jalur Sutra
Pandemi Covid-19 menjadi hal yang monumental bagi perkembangan perpustakaan di Indonesia. Perpustakaan dan para pustakawan menghadapi tugas besar untuk memastikan kepada publik bahwa perpustakaan tetap hadir melayani masyarakat.
Kepala Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando, menyatakan bahwa transformasi perpustakaan dengan cara baru dibutuhkan dalam menjalankan layanan perpustakaan dan informasi menghadapi kondisi pandemi.
Hal ini disampaikan Kepala Perpusnas saat menjadi pembicara di The 4th Forum of the Silk Road International Library Alliance (SRILA) yang mengangkat tema "Praktik & Tantangan Terbaik dalam Berbagi Konten Digital" yang diselenggarakan secara virtual pada Selasa (6/9/2022). Tahun ini merupakan kedua kalinya Kepala Perpusnas menjadi pembicara dalam Forum SRILA.
Dia menambahkan, layanan digital dibutuhkan lebih dari sebelumnya. "Inilah sebabnya mengapa kami berkomitmen mengembangkan layanan digital, seperti yang ditunjukkan pengguna kami melalui jumlah transaksi yang mereka lakukan dengan layanan referensi virtual kami dan perpustakaan digital kami," urainya.
Sejumlah layanan digital dikembangkan Perpusnas untuk melayani masyarakat, di antaranya aplikasi perpustakaan digital iPusnas, portal penyedia publikasi ilmiah e-Resources, repositori Indonesia OneSearch, serta laman Khasanah Pustaka Nusantara (Khastara). Selain itu, Perpusnas mengembangkan layanan pinjam mandiri menggunakan Smart Locker, di mana pengguna perpustakaan dapat mengambil secara mandiri buku yang dipinjam tanpa harus berinteraksi dengan pustakawan.
"Meskipun dalam situasi pandemi, pendayagunaan perpustakaan di Perpusnas terus melonjak. Jumlah pengguna online telah tumbuh dengan persentase dua digit dari tahun ke tahun sejak 2019, dan kami yakin tren ini akan terus berlanjut," jelasnya.
Selama 2019 hingga 2021, tercatat pengguna layanan daring Perpusnas mengalami peningkatan. Pada 2021, kenaikan mencapai 55 persen dibandingkan 2020. Dipaparkan bahwa pada 2019, tercatat sebesar 7.111.746, sementara pada 2021 mencapai 15.734.566.
Selain itu, jumlah pinjaman e-book di iPusnas mengalami kenaikan sejak 2019 hingga 2021. Tercatat pada 2019, jumlah pinjaman e-book sebesar 2.867.799, pada 2020 sebesar 4.378.753, dan pada 2021 sebesar 5.466.105.
Tidak hanya layanan, Perpusnas juga mendorong pustakawan agar menjadi narasumber yang dirujuk oleh masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berharga, valid, dan dapat dipercaya.
"Sejak awal pandemi pada 2020, Perpusnas menyediakan layanan referensi virtual melalui live chat di www.perpusnas.go.id. Pengguna dapat membuat permintaan informasi dan referensi, yang dilayani oleh pustakawan referensi," tuturnya.
Baca Juga: Kepala Perpusnas Sharing Program Transformasi Perpustakaan di Kongres Internasional
Tercatat pada 2021, jumlah pengguna Tanya Pustakawan sebesar 17.827 permintaan informasi, sementara per Mei 2022 sebesar 35.522 permintaan informasi.
Dia menyatakan akan terus berusaha mentransformasi perpustakaan, baik dalam ruang fisik maupun ranah digital. "Melalui upaya kolektif kita semua, perpustakaan akan terus berkembang dan menjadi warisan berharga untuk para generasi penerus kita jauh di masa depan," tukasnya.
Negara anggota SRILA lainnya memiliki pengalaman tersendiri dalam pengembangan perpustakaan digital. Direktur Konten Digital dan Engagement, Qatar National Library (QNL), Marcin B. Werla, menjelaskan, salah satu tantangan besar yang dialami pihaknya adalah koleksi warisan budaya bangsa yang masih tersebar di berbagai negara.
QNL masih kesulitan dalam membangun koleksi bahan pustaka, terutama koleksi tentang Qatar dan negara teluk yang masih tersebar di India dan Inggris. Untuk itu, pihaknya berupaya mengumpulkan kembali koleksi tersebut melalui digitization partnership dengan negara atau perpustakaan nasional yang memiliki koleksi tentang Qatar.
"Melalui kerja sama ini, QNL berusaha meminta kembali koleksi tentang Qatar dalam bentuk digital. QNL telah berhasil membangun koleksi mereka dari kegiatan kerja sama. Hal ini diharapkan akan makin menambah banyak koleksi tentang Qatar sehingga masyarakat dapat memanfaatkannya dengan baik," ujarnya.
Asisten Direktur National Library Filipina, Edgardo Quiros, mengungkapkan, Philippine eLibrary disetujui sejak November 2003 dan mulai beroperasi pada 2005. Perpustakaan digital dibangun dalam tiga fase, di mana setiap memiliki target tertentu di antaranya pembangunan pusat data, pengembangan software, digitalisasi 25 juta halaman tentang Filipina, serta berlangganan database komersil.
Perpustakaan digital dibangun dengan beberapa tujuan, di antaranya menyediakan akses informasi kepada masyarakat untuk pembelajaran seumur hidup, memperkaya konten lokal dalam format digital untuk akses global maupun komunitas, menyediakan jaringan layanan informasi dan perpustakaan untuk lembaga akademis dan pemerintah, mempromosikan dan mengakselerasi pertukaran sumber daya ilmu pengetahuan di berbagai sektor masyarakat.
Baca Juga: Perpusnas Dukung Palangka Raya Jadi Smart City Tinggi Literasi
"Kami juga menyediakan perpustakaan digital untuk perpustakaan umum yang tidak memiliki akses atau akses terbatas ke internet," ungkapnya.
Pada akhir acara, Direktur Eksekutif QNL, Tan Huism, mengucapkan terima kasih kepada peserta dan pembicara. Menurutnya, forum ini menjadi wadah penghubung antarperpustakaan nasional sehingga dapat bertukar pengalaman dan belajar dari satu sama lain.
"Menurut saya, forum kali ini sangat sangat berguna, jadi terima kasih untuk semua. Sangat menyenangkan dapat berbagi dengan perpustakan dari berbagai belahan dunia," pungkasnya.
SRILA merupakan organisasi kerja sama perpustakaan internasional yang bersifat nirlaba, terbuka, inklusif dengan prinsip saling belajar dan saling menguntungkan untuk mewujudkan perdamaian. Saat ini anggota SRILA mencapai 26 negara yang dilalui jalur sutera.
Tiongkok sebagai pusat dari rute perdagangan jalur sutera, baik melalui darat maupun laut, berinisiatif menghidupkan lagi hubungan tersebut melalui kerja sama antara perpustakaan nasional negara-negara yang terletak di jalur sutera. Sejak terbentuknya SRILA pada 2018, Perpustakaan Nasional Tiongkok sebagai pelopor telah menyelenggarakan berbagai kegiatan terkait kerja sama tersebut, seperti forum akademis, seminar, kunjungan, dan pelatihan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: