Dudung Sempat Kirim Sinyal ke Bawahannya untuk 'Senggol' Effendi Simbolon, Refly Harun: Kurang Elok Harusnya Dilokalisir Bukan Mobilisir!
Publik dihebohkan dengan video yang beredar luas di mana Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Dudung Abdurachman yang memberi sinyal kepada anak buahnya untuk “menyenggol” Anggota Komisi 1 DPR RI Effendi Simbolon.
Masalah yang diduga akibat pernyataan Effendi Simbolon di forum resmi DPR Rapat dengar Pendapat (RDP) yang mana Effendi menyinggung soal TNI dan Gerombolan serta masalah antara Dudung dan Panglima TNI terkait anak Dudung yang dikabarkan tidak masuk akademi militer ini, akhirnya berbuntut panjang, bahkan Effendi mengaku sudah mendapat intimidasi dan ancaman.
Effendi pun menyampaikan permintaan maaf dan Dudung pun mengisyaratkan agar anak buahnya tidak lagi “menyenggol” politisi PDIP tersebut.
Mengenai panjangnya urusan ini sampai adanya intimidasi ke Effendi Simbolon ini, Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun angkat suara. Refly yang menyanyangkan apa yang dilontarkan Effendi Simbolon tersebut menyebut respons dengan memobilisasi untuk menekan pihak tertentu adalah hal yang tidak elok.
“Terlepas saya pribadi misalnya menyesalkan omongan Effendi tetapi cara merespons dengan mengancam, memobilisasi, dsb menurut saya itu adalah hal yang tidak elok dilakukan,” ujar Refly melalui kanal Youtube-nya, dikutip Minggu (18/9/22).
Memobilisasi dengan memberikan sinyal ini menurut Refly bukanlah hal yang baik menurut Refly dalam konteks ulah yang Effendi Simbolon lakukan.
Sedari awal, harusnya menurut Refly masalah antara Dudung-TNI dan Effendi Simbolon dilokalisir bukan justru dimobilisir.
“Itu bukan hal baik dan karena itu menurut saya harusnya tidak demikian. Kalau saya mengatkan dari aal kasus ini harus dilokalisir bukan dimobilisir, harus dilokasasi bukan dimbobilisasi,” ungkap Refly.
Lanjut Refly, jika memang institusi Tni merasa tersinggung dengan apa yang dilontarkan oleh Effendi Sombolon, seharusnya yang berwenang untuk protes secara langsung adalah Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, bukan Dudung terlebih Andika Perkasa adalah mantan KSAD.
“Kalau misalnya secara kelembagaan tersinggung, ya maka yang berhak ngomong Panglima TNI atau kalau Panglima Tni mau menunjuk juru bicaranya ya berarti jubirnya itu mengatakan atas nama Panglima TNI dan jangan lupa yang tertinggi di TNI itu Panglima bukan KSAD,” jelas Refly.
Refly juga menyebut seharusnya ini menjadi persoalan keseluruhan TNI, tetapi justru dari matra angkatan laut dan udara seakan satu iringan dengan Panglima TNI yang cenderung menyikapi hal ini dengan tenang, berbeda dengan Dudung yang terlihat marah-marah dalam video yang beredar.
“Jangan lupa, ini bukan hanya persoalan TNI AD karena yang marah harusnya TNI AL dan AU juga kenapa mereka adem ayem saja? Artinya memang ada persoalan yang dikatakan tadi sebagai mobilisasi, kalau soalnya dimobilisasi maka harusnya tidak boleh,” ungkap Refly.
Sebelumnya, Effendi mengaku mendapat intimidasi kepada dirinya dan keluarganya dari beberapa pihak.
“Nah ini kemudian menjadi viral dan saya sayangkan adanya proses-proses lanjutan yang mengintimidasi begitu. Saya kira enggak zamannya lagi hanya seorang Effendi Simbolon kemudian dikepung dengan begitu hebatnya," ujar Effendi di Kompleks Parlemen, Senayan, beberapa waktu lalu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto