Penetrasi Terhadap Media Massa di Indonesia Oleh China Itu Nyata, Pakar Ungkap Hal Ini
China telah melakukan strategi penetrasi untuk memengaruhi media massa di Indonesia setidaknya dalam sepuluh tahun ke belakang, kata Johanes Herlijanto, Ketua Forum Sinologi Indonesia.
"Dalam beberapa tahun terakhir, China berusaha menjangkau masyarakat Indonesia salah satunya dengan memakai bahasa Indonesia," kata Johanes, dalam diskusi yang bertema "Soft Power China Melalui Media di Indonesia."
Baca Juga: China Bisa Game Over Gara-gara Biden Ucapkan Kata Sakti Ini
Dosen Pascasarjana Komunikasi Universitas Pelita Harapan itu menekankan China menyasar dua alat komunikasi massa untuk menancapkan pengaruhnya itu. Pertama adalah media arus utama seperti televisi dan selanjutnya media sosial.
"Secara umum strategi media massa China dapat dibedakan menjadi dua strategi yang saling berkaitan. Pertama, media massa China berupaya hadir di Indonesia dengan cara menggandeng media arus utama di tanah air. Kedua, China berupaya menjangkau masyarakat Indonesia melalui media sosial," imbuhnya.
"Kerja sama stasiun TV asal China dan Indonesia dapat ditelusuri kembali setidaknya hingga 2007," ujar Johanes.
Di samping itu, kata Johanes, radio dari China aktif melakukan kerja sama dengan perusahaan radio di Indonesia. China Radio International (CRI) telah bekerja sama salah satunya dengan Radio Elshinta.
"Selain bekerja sama seperti dengan Kantor Berita Antara, Tempo, Jawa Pos dan Elshinta, untuk menyiarkan program mereka pada platform radio, CRI juga mengelola sebuah laman dalam Bahasa Indonesia," ujar akademisi dari UPH itu.
Penetrasi media China ke Tanah Air mengandung tujuan salah satunya menyaingi berita-berita yang disuguhkan media Barat.
"Hadirnya media China di Indonesia jadi upaya menyediakan alternatif bagi berita tentang negeri tersebut yang disuguhkan Reuters atau Kantor Berita Perancis AFP," ucap Johanes.
Oleh karena itu, Johanes mengajak masyarakat Indonesia terus memasang sikap kritis saat mengonsumsi berita atau konten hiburan dari China yang berasal dari media masa dalam negeri atau luar negeri.
"Perlu upaya menyeimbangkan informasi asal negara tersebut dengan informasi yang berasal dari sumber-sumber yang bebas dari pengawasan pemerintah RRC," tutur Johanes.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: