Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dirut PLN Sebut Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bisa Melonjak Jika Gunakan Energi Domestik

Dirut PLN Sebut Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bisa Melonjak Jika Gunakan Energi Domestik Kredit Foto: Screenshot
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menyebut bahwa Indonesia harus mengubah energi yang berbasis impor ke energi yang berbasis domestik untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Darmawan menggambarkan bahwa besarnya konsumsi minyak dalam negeri yang mencapai 1,5 juta barrel oil per day (BOPD) yang akan terus bertambah dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 5 persen per tahun hingga 2030 akan mengonsumsi sekitar 2 juta BOPD.

Angka tersebut berbanding terbalik dengan produksi minyak yang hanya 650 ribu BOPD dan diprediksi akan terus menurun hingga 450 ribu BOPD pada tahun 2030.

Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Indonesia Berpotensi Akan Alami Krisis Pangan, Energi, Hingga Krisis Keuangan

"Artinya impor minyak kita baik itu crude maupun produk sudah mendekati Rp400 triliun dan GDP kita Rp15 ribu triliun kira-kira dan impor Rp150 triliun menurunkan pertumbuhan ekonomi sekitar 1 persen, impor Rp300 triliun menurunkan 2 persen, jadi impor di sini minus, makanya kalau impornya Rp300-400 triliun ada pertumbuhan ekonomi yang melambat," ujar Darmawan dalam diskusi virtual yang dipantau, Selasa (11/10/2022). 

Darmawan mengatakan, inilah bagaimana konsep kita harus mengubah energi yang berbasis impor ke energi domestik seperti energi yang berbasis listrik yang mana berasal dari produksi dalam negeri hingga ke penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT).

"Jadi ini shifting from foreign base energy, the compromise energy security to become domestic energy. Energi yang mahal 1 liter Rp15 ribu anggap saja 1 kwh listrik tanpa subsidi sekitar 1.669 jadi sekitar 2.200 per liter listrik, jadi dari energi mahal ke yang murah dari yang emisinya tinggi jadi ke yang rendah," ujarnya.

Lanjutnya, begitu Indonesia dapat mengurangi impor, maka akan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. Ia menggambarkan jika Rp300-400 triliun diubah ke domestik semua maka pertumbuhan ekonomi akan melonjak secara signifikan. 

"Pertumbuhan ekonomi bukan 5,1, bukan 5,2 persen tetapi menjadi 7 sekian persen. Kalau kita lihat 2030 impornya bisa menjadi Rp800 triliun, jadi mempercepat pertumbuhan ekonomi," ungkapnya. 

Lebih lanjut, dalam proses itu saat ini pihaknya sedang membangun sebuah strategi holistik karena adanya sumber daya alam, ada nikel yang tadinya diekspor harus diolah di dalam negeri.

Dengan adanya hilirisasi, maka akan tercipta investasi, terbukanya lapangan pekerjaan, pembangunan kapasitas yang membuat percepatan pertumbuhan ekonomi. 

"Bukan hanya mempercepat pertumbuhan ekonomi, tetapi juga membuat lapangan pekerjaan, dalam hal ini juga kita juga akan membuat kemiskinan akan berkurang, dalam hal itu tentu saja energi sekuriti kita akan meningkat, kemudian kemakmuran akan meningkat kemudian ada nasional capasity building dan kita menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam global value chain dalam proses itu kita bergerak ke mikronya," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: