Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Militer Amerika Diminta Bersiap Hadapi Invasi China ke Taiwan, Lebih Cepat dari Sebelumnya

Militer Amerika Diminta Bersiap Hadapi Invasi China ke Taiwan, Lebih Cepat dari Sebelumnya Kredit Foto: Reuters/Dado Ruvic
Warta Ekonomi, Taipei -

Militer Amerika Serikat disarankan untuk bersiap menghadapi invasi China ke Taiwan setelah retorika Presiden Xi Jinping menjadi semakin mengkhawatirkan.

Menurut The Straits Times, kepala operasi angkatan laut AS, Michael Gilday, adalah pejabat senior terbaru yang memperingatkan tentang kesediaan China untuk menyerang Taiwan.

Baca Juga: Terbongkar Cara Xi Jinping Reunfikasi China dengan Taiwan: Terserah Rakyat China

Dia menyuarakan keprihatinannya ketika Presiden Xi menyampaikan pidato penting di mana dia menyatakan kembali sumpahnya untuk suatu hari "menyatukan kembali" atau secara paksa mengambil Taiwan.

“Bukan hanya apa yang dikatakan Presiden Xi, tetapi bagaimana orang China berperilaku dan apa yang mereka lakukan. Dan apa yang telah kita lihat selama 20 tahun terakhir adalah bahwa mereka telah memenuhi setiap janji yang mereka buat lebih awal dari yang mereka katakan akan mereka tepati," kata Gilday.

"Jadi ketika kita berbicara tentang jendela 2027 dalam pikiran saya, itu pasti jendela 2022 atau berpotensi jendela 2023. Saya tidak bisa mengesampingkan hal itu. Saya sama sekali tidak bermaksud untuk menjadi khawatir dengan mengatakan itu. Hanya saja kita tidak bisa berharap itu pergi,” terangnya.

Meskipun China tidak pernah menguasai Taiwan, ia mengklaim pulau itu sebagai miliknya. Dan Amerika Serikat terikat di bawah Undang-Undang Hubungan Taiwan untuk menjual senjata pertahanan Taipei meskipun negara itu bukan sekutu perjanjian AS.

Beijing telah lama mengatakan bahwa itu adalah untuk "penyatuan kembali secara damai" dengan negara pulau itu tetapi mempertahankan hak untuk menggunakan kekuatan jika perlu. Apalagi jika Taiwan mendeklarasikan kemerdekaannya.

Xi telah mengambil sikap Taiwan sebagai bagian dari “peremajaan besar bangsa China” dengan mengatakan bahwa tujuan reunifikasi tidak dapat terus diteruskan tanpa batas dari generasi ke generasi.

Peringatan Gilday datang sehari setelah Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken berspekulasi, tanpa bukti apa pun, bahwa Beijing ingin merebut Taiwan “pada waktu yang jauh lebih cepat” daripada yang diperkirakan sebelumnya, menambahkan bahwa “China yang sangat berbeda” telah muncul di bawah Xi.

“Ini lebih represif di rumah; itu lebih agresif di luar negeri.”

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: